"Kita kan ini Kesultanan Buton perpaduan ya, antara kerajaan China sama lokal sini kita punya simbol itu dua, naga sama nanas. Nanas itu lambang kearifan lokal," ujar Bupati Buton Samsu Umar Abdul Samiun ketika ditemui di Pasarwajo, Kabupaten Buton, akhir pekan lalu.
Umar menjelaskan bahwa nanas yang buahnya manis itu bagaikan keinginan pemerintah untuk membawa warganya ke kehidupan yang manis atau sejahtera. Namun untuk menuju keberhasilan, terkadang banyak rintangan yang kemudian di lambangkan dengan duri di buah nanas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, buah nanas juga menggambarkan bahwa orang Buton itu kuat hidup dimana saja ketika merantau. Mereka juga mudah beradaptasi dengan adat istiadat di daerah luar yang ditinggali.
"Nanas itu melambangkan seperti itu. Makanya orang Buton banyak sekali melakukan ekspansi di luar, mencari kehidupan di luar. Sekaligus juga orang Buton itu bisa menyesuaikan diri dengan tradisi adat serta lingkungan dimana saja dia pergi," tuturnya.
Lain halnya dengan nanas, naga yang juga menjadi simbol Buton datang dari pengaruh Negeri Tirai Bambu. Dulu, yang menjadi raja pertama di Buton memang berasal dari China, namanya Raja Wakaka.
"Naga itu simbol dari raja kita yang pertama, dari simbol China," ucap Umar.
(krn/krn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!