detikTravel bersama rombongan media dari Jakarta sempat bertandang ke Kota Bau-bau di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara belum lama ini. Sebelum kembali ke Jakarta, kami menyempatkan untuk berburu kain tenun Buton di kota itu.
Awalnya kami ingin melihat kain tenun yang dijual di pasar tradisional. Namun karena hari sudah sore dan kebanyakan pedagang sudah menutup tokonya, pencarian kain tenun pun berpindah ke sebuah outlet usaha tenun Aldian di Jl Hayam Wuruk No 198, Bau-bau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aneka warna kain tenun yang sudah dibuat menjadi sarung dan selendang tersedia di sini. Motif sarungnya benar-benar khas, kotak-kotak untuk pria dan bergaris panjang untuk wanita. Banyak yang sama seperti motif kain yang sudah ada sejak zaman Kesultanan Buton.
"Ini khas Buton tapi sudah modern. Ada juga yang asli tempo dulu," ujar Firman seraya menunjukkan beberapa kain sarung.
Firman menunjukkan sebuah kain sarung yang menurutnya sama seperti motif tempo dulu. Di kain itu, ada dua garis kecil yang dibuat di antara dua garis yang lebih tebal.
Kain sarung yang dijual tak hanya satu lapis saja seperti pada umumnya. Tapi ada juga sebuah sarung yang terdiri dari lapis. Sarung itu biasanya dipakai dalam tradisi adat Pusuo atau pingitan.
"Ini untuk acara pusuo, Rp 450 ribu tiga susun. Dulu kan harus pake tiga sarung, sekarang dimodifikasi biar simpel," kata Firman.
Harga sarung yang dijual di toko ini cukup beragam. Sebuah sarung dijual mulai dari sekitar Rp 170 ribu, tergantung kualitasnya. Kalau Anda belanja sekali banyak bersama teman-teman, cobalah menawar harga supaya bisa mendapat diskon.
(krn/fay)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum