Hari ke-11: Menembus Tinggi 4.000 Mdpl, Oksigen Menipis!

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Travel Highlight Pendakian Carstensz

Hari ke-11: Menembus Tinggi 4.000 Mdpl, Oksigen Menipis!

Afif Farhan - detikTravel
Kamis, 10 Sep 2015 16:50 WIB
Perjalanan menuju New Zealand Pass melewati savana (Afif/detikTravel)
Tambua - Dalam hari ke-11 pendakian Carstensz, di Papua, tim jurnalis sampai di ketinggian 4.000 mdpl. Pemandangan hutan rimba, berganti pegunungan batu. Lapisan oksigen menipis, beberapa anggota tim muntah-muntah.

Tanggal 25 Agustus 2015, atau hari ke-11, Tim Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015 tiba di Gua Maximus. Suatu gua yang besar dan di depannya terhampar savana yang indah. Ketinggiannya tak main-main, sudah mencapai 3.900 mdpl yang sudah lebih tinggi dari puncak Gunung Kerinci. Gunung berapi tertinggi di Indonesia.

Dari sana, kami kembali berjalan kaki menuju Basecamp Danau-danau yang ketinggiannya 4.330 mdpl. Rute yang dilewati yakni melintasi New Zealand Pass. Inilah titik pertemuan pendakian ke Carstensz dari berbagai arah, baik dari Ilaga atau Soangama. Itu adalah 2 jalur lama, sedangkan tim memakai jalau baru dari Sugapa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sepanjang perjalanan, panorama padang savana yang indah mampu menghipnosis kami semua. Meski treknya menanjak, di bagian kanan kami sudah terlihat pegunungan berbatu yang menjulang tinggi. Keren!

Tapi, badan ini tidak bisa berbohong. Begitu masuk ke ketinggian 4.000 mdpl, beberapa dari kami sudah merasa kelelahan. Apalagi, ketika melewati dua danau cantik tanpa nama. Walau danaunya indah, tapi kami tak bisa lama-lama menikmatinya.

Kami semua terkena aklimatisasi ketinggian. Suatu fase dalam tubuh yang sedang beradaptasi terhadap perubahan ketinggian. Efeknya, benar-benar sangat menyiksa.

Baru beberapa jam berjalan, beberapa dari kami sudah ngos-ngosan. Itu disebabkan oksigen yang menipis, sehingga kami mudah lelah dan sulit mengambil nafas panjang.

Belum selesai, hembusan angin yang kencang dan dingin menambah derita kami. Jika berhenti, dinginnya bisa menusuk tulang sehingga membuat kami mau tak mau terus berjalan.

Saya sendiri bernasib sial. Ketika itu, saya muntah dua kali yang keluar cairan dari mulut. Buat saya sendiri, inilah pengalaman kali pertama naik gunung yang langsung menembus ketinggian 4.000 mdpl. Kepala pun terasa pusing, seperti terkena migrain. Saya sungguh kewalahan, nyaris menyebut kata menyerah.

"Ayo jalan saja terus, pelan-pelan dan jangan berhenti," ujar Arif Faturohman, salah satu pemandu kami.

Alhasil, saya bersama dua pemandu, Bambang Suprayogi dan Lalu Delen tertinggal jauh di belakang. Cedera di kaki kanan Bambang makin parah, karena trek kami terus menanjak. Sedangkan Delen, tangan kanannya sempat terkilir akibat terpeleset.

Sungguh, pemandangan di depan mata kami semuanya sangat indah. Apalagi, terdapat es abadi di Puncak Jaya yang berwarna putih. Tapi itu semua, belum mampu menghilangkan rasa lelah ini.

Saya akhirnya meminta para porter untuk jalan lebih dulu. Sebab kasihan mereka, sudah harus mengangkut barang dan masih menunggu saya berjalan. Yang tidak terduga, Erik, salah satu porter memberi saya semangat yang luar biasa.

"Kami jangan duluan, di belakang saja. Kalau ada yang paling belakang (pendaki-red) biasanya mati karena tidak ada orang," ujarnya.

Saya serasa langsung mendapat kekuatan lagi untuk berjalan. Kekuatan dari rasa takut yang telah Erik ucapkan. Memangnya, ada yang pernah meninggal di sini Erik?

"Dulu orang-orang tua kami datang ke sini untuk berburu dan masih pakai koteka. Banyak yang mati, tapi badannya itu tidak bisa dibawa ke bawah. Jadi ditinggal di gua-gua di tebing-tebing," tuturnya menjawab pertanyaan.

Saya tak mau bernasib sama. Saya terus berjalan dan berpikir postif, rasa sakit ini hanya sementara. Begitu melintasi New Zealand Pass, di kanan dan kiri sudah bebatuan saja tanpa rumput atau pun pohon.

Dari sana, saya masih berjalan kaki sekitar 2 jam untuk tiba di Basecamp Danau-danau. Saya dan Bambang adalah dua orang terakhir yang tiba di basecamp. Pelan-pelan asal selamat.

"Jangan minum obat, sudah makan dan tidur saja. Biarkan tubuh beradaptasi," kata pemandu tim jurnalis, Hendricus Mutter.

Beberapa pendaki lain yang tergabung dalam tim jurnalis, langsung menyuguhkan minuman hangat dan makanan kepada saya setibanya di Basecamp Danau-danau pada ketinggian 4.330 mdpl. Namun kondisi mereka juga tak jauh berbeda, mereka merasakan lelah yang luar biasa.

(rdy/Aditya Fajar Indrawan)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Ekspedisi Jurnalis Carstensz
Ekspedisi Jurnalis Carstensz
48 Konten
Artikel Selanjutnya
Hide Ads