Kuskus merupakan satwa yang bisa traveler temui saat jalan-jalan ke Indonesia bagian timur, seperti di Sulawesi, Maluku sampai di Papua. Hewan ini ukurannya kecil, memiliki cakar yang kuat dan berbulu halus. Kuskus lebih aktif bergerak di malam hari untuk makan buah-buahan.
Dalam situs International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), suatu organisasi internasional yang bergerak di bidang konservasi sumber daya alam, kuskus masuk dalam daftar hewan yang harus dilindungi meski masuk dalam kategori Least Concern (LC) yang masih beresiko rendah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015, beruntung bisa melihat kuskus dari dekat. Tepatnya ketika kami sedang berada di Desa Ugimba, desa di pedalaman Pegunungan Tengah Papua sebelum menuju ke Tambua lalu ke Puncak Carstensz.
Kuskus ini terlihat sanggat menggemaskan. Matanya besar dan bulunya hitam nan halus, serta ukurannya sebesar kucing. Cakarnya cukup tajam, karena berfungsi untuk menahan beban badannya saat menggantung di pohon.
Malama, salah seorang warga Ugimba yang juga sebagai pemandu tim jurnalis lalu menyuruh istrinya menghampiri kami. Alangkah terkejutnya kami, ketika melihat istrinya datang karena ada kuskus di kepalanya.
"Begini cara kami pelihara kuskus. Taruh di kepala mama-mama saja sudah, dia tidak akan kabur," ujarnya.
Pelihara? Ya, rupanya kuskus menjadi hewan peliharaan bagi masyarakat setempat. Para pria akan masuk ke dalam hutan dan menangkap kuskus. Lalu, mereka menyerahkannya kepada istrinya untuk dipelihara.
Seperti apa kata Malama, kukus yang ada di atas kepala istrinya itu tidak kabur kemana-mana. Dia hanya diam saja di atas kepalanya, paling hanya memutarkan badan saja.
"Tidak sakit itu, hanya kena kuku-kukunya saja. Nanti juga biasa," kata Malama menjawab pertanyaan saya, apakah tidak sakit kepala mama kena cakarnya kuskus.
Ketika sore hari, selepas pulang dari kebun, para mama biasanya menaruh kuskus yang sudah ada di dalam honai (rumah adat Papua) ke atas kepalanya. Sambil memasak ubi atau mengambil air ke sungai, kuskus pun anteng saja di atas kepala. Begitu malam, para mama akan memberi beberapa daun dan buah-buahan untuk diberi makan kepada kuskus.
Sayang, kuskus ternyata juga disantap oleh mereka. Dagingnya dimakan dan bulunya dibuat menjadi hiasan kepala bagi para pria. Malama berdalih, kuskus masih banyak ditemukan di dalam hutan.
Sebenarnya, kita juga tidak bisa menyalahkan masyarakat Papua yang masih memelihara kuskus. Terutama bagi suku-suku yang tinggal di pedalaman seperti suku Dani atau Moni yang menetap di pegunungan, yang paling banyak memelihara kuskus.
"Ah ini masih banyak di hutan. Banyak sekali itu," begitu kata Malama ketika saya jelaskan kalau kuskus termasuk hewan yang dilindungi.
Daging kuskus menjadi salah satu kebutuhan makanan utama mereka, selain hanya babi. Selain itu, mereka tidak ada binatang lagi yang dagingnya bisa dimakan. Kambing, sapi atau ayam tidak ada di kawasan pegunungan atau lembah di sana.
Peran pemerintah, untuk menegakan peraturan melindungi kuskus pun belum maksimal. Asal tahu saja, sampai kini belum ada konservasi alam di Papua yang memberikan edukasi perihal satwa-satwa yang dilindungi.
(aff/fay)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!