Batu Bacan termasuk dalam jenis batu mulia (gemstone) yang berkualitas wahid. Saat tren batu akik booming, banyak orang yang datang berburu sampai ke Pulau Bacan, tempat batu cantik ini berasal.
detikTravel berkunjung ke Pulau Bacan di Halmahera Selatan pekan ini, untuk melihat potensi wisata yang ada di sana, termasuk melihat batu Bacan yang khas pulau itu. Kabupaten Halmahera Selatan sendiri menjadi lokasi diselenggarakannya Widi International Fishing Tournament (WIFT) 2017, ajang lomba mancing bertaraf internasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu bisa sepanjang jalan ini, sampai penuh. Sekarang tinggal segini saja," kata Iksan, pemandu yang menemani rombongan detikTravel berkeliling Pulau Bacan, Selasa (15/8/2017).
Salah satu pedagang bernama, Tulus (50) mengakui kalau memang tren batu Bacan sedang turun drastis. Penurunan ini terjadi sejak 2-3 tahun terakhir. Tulus pun menyebut pendapatannya turun lebih dari 50%.
"Satu bulan dulu bisa dapat sampai Rp 5 Juta. Namanya jualan kecil-kecilan, kaki lima. Sekarang ya turun, sebulan bisa dapat Rp 1 Juta sampai 2 Juta," kata Tulus.
Batu Bacan di tingkat pedagang kaki lima seperti Tulus harganya sekitar Rp 100 ribuan, sampai yang paling mahal Rp 1 Jutaan. Dulu waktu masih tren, harganya bisa tembus sampai puluhan juta rupiah.
Menurut pengalaman Tulus, menurunnya tren batu Bacan ini disebabkan karena adanya banyak 'pemain' yang menjual batu berdasarkan spekulasi. Mereka asal saja menjual batu dan tidak memperhatikan kualitas dari batu tersebut.
"Banyak yang jual nggak memperhatikan kualitas. Batu masih hitam, banyak kapurnya, sudah dijual. Akibatnya apa, daya tarik jadi turun. Orang-orang tidak tertarik lagi," jelas Tulus.
Namun belakangan ini, tren batu mulia mulai naik lagi, meski secara perlahan. Masalah baru pun muncul, karena tren batu sudah terlanjur turun, otomatis jumlah para penambang sudah jauh berkurang.
"Giliran trennya naik, penambang sudah tidak ada. Waktu Bacan turun, tidak ada yang mau cari batu lagi. Sekarang juga," imbuh Tulus.
Tren batu Bacan sedikit demi sedikit mulai membaik. Para kolektor sampai maniak batu masih setia berburu batu Bacan, meski mereka sekarang lebih selektif dalam memilih.
"Mereka sekarang lebih selektif. Pembeli batu tetap ada, tapi hanya batu-batu berkualitas yang dibeli. Para pemain sekarang lebih milih main 'bongkahan' besar. Diekspor ke Taiwan, dan negara lainnya," tutup Iksan.
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!