Pulau Bungin di Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa, NTB luasnya 8,5 hektar namun dengan 3.500 penduduk. Ibaratnya, satu orang menempati area hanya 5x5 meter. Rumah-rumah saling berdempetan, nyaris tidak ada ruang yang tersisa.
Masyarakat beristirahat di kolong rumah panggung yang mereka buat. Anak-anak pun bermain di lorong-lorong alias gang sempit. Inilah pulau ketujuh terpadat di dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Para penduduk yang utamanya berprofesi sebagai nelayan ini, uniknya, ogah pindah ke pulau sebelah (daratan) yang nyata-nyata masih kosong. Konsekuensinya, ternak pun tidak kebagian lahan rumput.
Dengan terpaksa, para kambing hidup dengan makan sisa-sisa kertas atau kardus. Persis di negara-negara Arab saja. Kasian juga melihat kambing-kambing ini mengunyah yang bukan rumput.
Menurut Sahabudin, pemuda setempat, pada tahun 1818, pulau karang ini pertama kali mulai dihuni oleh Suku Bajo dengan lahan kisaran 5 Ha. Namun dengan perkembangan penduduk, makin lama kepadatan makin luar biasa. Tidak bisa lagi menampung ledakan penduduk.
"Karenanya, di sini seorang lelaki hanya bisa kawin kalau dia mampu membuat fondasi rumah dengan terumbu karang. Itulah cara memperluas lahan," ujar Sahabudin kepada detikTravel, Rabu (2/5/2018)
![]() |
Seiring dengan kesadaran masyarakat, maka kini tidak diperkenankan lagi untuk membangun rumah dengan terumbu karang. Para bujangan pria harus mengangkut tanah atau pasir dari pulau sebelah untuk reklamasi kecil. Apa boleh buat, untuk kawin, perlu berbadan sehat dan kuat.
BACA JUGA: Kasihan, Ini Pulau Kesepian
Suku Bajo di sini memang terlihat sudah pewe alias nyaman. Rumah mereka dekat dengan laut yang biru dengan infrastruktur yang makin oke. Terdapat dua sekolah dasar, SMP, masjid dan taman pendidikan Al Quran.
Kini, kepadatan Pulau Bungin justru menjadi berkah. Berjarak 70 km dari Sumbawa Besar, turis lokal dan mancanegara mulai mengalir. Kearifan dan keramahan penduduknya menjadi magnet yang luar biasa. Bahkan mereka memiliki tarian magis dan pencak silat khas.
Tidak jauh dari pulau, terdapat restoran apung dengan ikan segar. Mulai dari kerapu, lobster, kerang, kepiting hingga cumi disajikan dengan rasa pedas menggoda.
Itu juga yang diakui oleh para peserta Sekolah Pimpinan Luar Negeri (Sesparlu) ke-58 dan 9 peserta Sesparlu Internasional ke-20 dari Kementerian Luar Negeri. Mereka sangat mengagumi salah satu pulau yang paling unik di Nusantara ini.
BACA JUGA: Sepinya Nyetir di Korea Utara, 1 Mobil Bisa Bebas di 10 Jalur (aff/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia