Rabu, 26 Jun 2019 16:10 WIB
DOMESTIC DESTINATIONS
Mengenal Sawahlunto, Calon Situs Warisan Dunia UNESCO dari Sumbar
Johanes Randy Prakoso
detikTravel

Sawahlunto - Dahulu dikenal sebagai Ombilin di zaman Belanda, kini Sawahlunto kian mantap jadi calon Situs Warisan Dunia UNESCO. Sebelumnya, ayo kita mengenalnya lebih jauh.
Bicara Sawahlunto tak lepas dari sejarah pertambangan Indonesia yang diinisiasi oleh Pemerintah Hindia Belanda dahulu kala. Oleh sebab itu, tambang jadi salah satu budaya yang lekat dengan Sawahlunto.
BACA JUGA: Sawahlunto Jadi Kandidat Calon Situs Warisan Dunia UNESCO
Dilihat detikcom dari situs resmi pariwisata Sawahlunto, Rabu (26/6/2019), sejarahnya tak lepas dari kedatangan penjajah Belanda ke Indonesia di bawah Cornelis de Houtman tahun 1596.
Kala itu, Belanda yang datang dengan maksud mencari rempah-rempah menyadari akan kekayaan lain Indonesia yang begitu luar biasa. Ya, kekayaan itu adalah batu-bara dan hasil bumi lainnya.
Tahun 1858 di bawah peneliti geologi Belanda Ir C De Groot van Embden, keberadaan batu-bara di aliran Batang Ombilin (Kini Sawahlunto - red) mulai terendus.
Tahun 1862, De Groot yang kala itu menjabat sebagai kepala pertambangan mengajak serta ahli geologi Willem Hendrik De Greve (akrab di sapa De Greve) untuk meneliti kandungan mineral dari Buitenzorg (Bogor) hingga Bangka dan Ombilin.
Barulah pada 26 Mei 1867 di bawah Gubernur Jenderal Hindia Belanda kala itu, Pieter Mijer, menunjuk langsung De Greve untuk melakukan penelitian batu-bara lebih jauh di Ombilin.
Dari tangannya, De Greve menuliskan sebuah buku bersama WA Henny di tahun 1871 tentang hasil penelitiannya. Sejak saat itu De Greve juga membuka cerita lahirnya Ombilin sebagai Kota Tambang pertama di Indonesia.
Lama berselang, tampuk kekuasaan pun beralih dari Belanda ke Indonesia. Kini bekas tambang yang sempat jaya di masanya itu dikelola oleh PT Bukit Asam (BA).
Menariknya, tak sedikit pekerja Sawahlunto yang hidup dan bekerja di sektor tersebut. Hampir dari hilir ke hulu, masyarakatnya hidup dari tambang. Menjadikan batu bara sebagai budaya tak terpisahkan dari masyarakatnya.
BACA JUGA: Sawahlunto dan Potensi Wisata Tambang
Hanya seiring dengan usainya kejayaan tambang di Sawahlunto, pihak Pemkot Sawahlunto dan PT BA mulai membuka diri lewat sektor pariwisata. Ide itu pun sempat dibicarakan dalam Diskusi Nasional Pariwisata Sawahlunto tahun 2017 lalu.
"Kita sudah lihat bagaimana potensi Sawahlunto sebagai kota tambang, maka kita bahu membahu ingin membangun pariwisata lewat wisata tambang," ujar Walikota Sawahlunto, Ali Yusuf dalam pidatonya saat itu.
Wacana untuk menjadikan Sawahlunto sebagai kota wisata tambang pun sudah bergulir dari tahun 2001 silam dengan target kesiapan pada tahun 2020 mendatang. Sejumlah objek wisata terkait tambang hingga bangunan bersejarah peninggalan Belanda di Sawahlunto juga akan dibenahi agar lebih menarik.
Keinginan Walikota Ali untuk menjadikan Sawahlunto sebagai kota wisata tambang pun akan kian terwujud apabila status Situs Warisan Dunia oleh UNESCO dapat diraih tahun ini.
Simak Video "Korban Ledakan Tambang di Sawahlunto: 9 Tewas, 4 Terluka"
[Gambas:Video 20detik]
(sym/rdy)
Bicara Sawahlunto tak lepas dari sejarah pertambangan Indonesia yang diinisiasi oleh Pemerintah Hindia Belanda dahulu kala. Oleh sebab itu, tambang jadi salah satu budaya yang lekat dengan Sawahlunto.
BACA JUGA: Sawahlunto Jadi Kandidat Calon Situs Warisan Dunia UNESCO
Dilihat detikcom dari situs resmi pariwisata Sawahlunto, Rabu (26/6/2019), sejarahnya tak lepas dari kedatangan penjajah Belanda ke Indonesia di bawah Cornelis de Houtman tahun 1596.
Kala itu, Belanda yang datang dengan maksud mencari rempah-rempah menyadari akan kekayaan lain Indonesia yang begitu luar biasa. Ya, kekayaan itu adalah batu-bara dan hasil bumi lainnya.
![]() |
Tahun 1862, De Groot yang kala itu menjabat sebagai kepala pertambangan mengajak serta ahli geologi Willem Hendrik De Greve (akrab di sapa De Greve) untuk meneliti kandungan mineral dari Buitenzorg (Bogor) hingga Bangka dan Ombilin.
Barulah pada 26 Mei 1867 di bawah Gubernur Jenderal Hindia Belanda kala itu, Pieter Mijer, menunjuk langsung De Greve untuk melakukan penelitian batu-bara lebih jauh di Ombilin.
Dari tangannya, De Greve menuliskan sebuah buku bersama WA Henny di tahun 1871 tentang hasil penelitiannya. Sejak saat itu De Greve juga membuka cerita lahirnya Ombilin sebagai Kota Tambang pertama di Indonesia.
![]() |
Menariknya, tak sedikit pekerja Sawahlunto yang hidup dan bekerja di sektor tersebut. Hampir dari hilir ke hulu, masyarakatnya hidup dari tambang. Menjadikan batu bara sebagai budaya tak terpisahkan dari masyarakatnya.
BACA JUGA: Sawahlunto dan Potensi Wisata Tambang
Hanya seiring dengan usainya kejayaan tambang di Sawahlunto, pihak Pemkot Sawahlunto dan PT BA mulai membuka diri lewat sektor pariwisata. Ide itu pun sempat dibicarakan dalam Diskusi Nasional Pariwisata Sawahlunto tahun 2017 lalu.
"Kita sudah lihat bagaimana potensi Sawahlunto sebagai kota tambang, maka kita bahu membahu ingin membangun pariwisata lewat wisata tambang," ujar Walikota Sawahlunto, Ali Yusuf dalam pidatonya saat itu.
Wacana untuk menjadikan Sawahlunto sebagai kota wisata tambang pun sudah bergulir dari tahun 2001 silam dengan target kesiapan pada tahun 2020 mendatang. Sejumlah objek wisata terkait tambang hingga bangunan bersejarah peninggalan Belanda di Sawahlunto juga akan dibenahi agar lebih menarik.
Keinginan Walikota Ali untuk menjadikan Sawahlunto sebagai kota wisata tambang pun akan kian terwujud apabila status Situs Warisan Dunia oleh UNESCO dapat diraih tahun ini.
Simak Video "Korban Ledakan Tambang di Sawahlunto: 9 Tewas, 4 Terluka"
[Gambas:Video 20detik]
(sym/rdy)