Liburan ke Medan, traveler bisa mengunjungi masjid yang jadi ikonnya kota ini. Apalagi kalau bukan Masjid Raya Medan alias Masjid Raya Al Mashun. Bersama rombongan Media Trip Hotel Harper Wahid Hasyim Medan, detikcom berkunjung ke masjid cantik ini pekan lalu.
detikcom bertemu dengan Haji Ridwan AS, Sekretaris II DKM Masjid Raya Al Mashun. Ridwan banyak bercerita soal masjid ini, termasuk awal mula bagaimana masjid ini dibangun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
|
Setelah utusan kerajaan tersebut pulang, barulah mereka membuat gambar rancangan masjid sesuai dengan referensi bangunan-bangunan indah yang mereka lihat di luar negeri. Jadi jangan heran kalau Masjid Raya Al Mashun punya perpaduan arsitektur khas Eropa, Spanyol, Turki, hingga Timur Tengah.
BACA JUGA: Masjid di Abu Dhabi Ganti Nama Jadi 'Maria Bunda Yesus'
Untuk menentukan lokasi pembangunan masjid pun rupanya ada ceritanya tersendiri. Untuk menghindari konflik antar 4 Datuk, digunakanlah layang-layang untuk menentukan lokasi pembangunan masjid.
"Akhirnya, dibuatlah layang-layang. Di layangan tadi, dititipkan kertas bertuliskan Surat Al Fatihah. Kemudian layang-layang dinaikkan sampai tinggi, sampai jatuh kertas yang disangkutkan ke layang-layang. Jatuhnya ke tanah ini. Dulu masih hutan, lalu dibuatlah masjid," ungkap Ridwan.
![]() |
Setelah lokasi ditentukan, dipanggillah arsitek dari Belanda untuk mewujudkan masjid impian Sultan Ma'moen AL Rasyid Perkasa Alam ini. Bahan-bahan terbaik pun disiapkan. Sultan ingin agar bangunan masjid ini lebih megah daripada bangunan Istana Maimun.
Hampir 75% bahan bangunan untuk masjid ini didatangkan dari luar negeri. Untuk lantainya, digunakan marmer kualitas terbaik dari Italia. Begitu pun untuk lampu-lampu, hingga kaca-kaca masjid.
Biaya yang digunakan untuk membangun masjid ini pun tak tanggung-tanggung, mencapai 1 juta Gulden di zaman itu. Biaya pembangunan itu ditanggung oleh sultan, namun ada juga yang menyebut Tjong A Fie turut berkontribusi mendanai masjid tersebut.
![]() |
Sampai sekarang, Masjid Raya Al Mashun pun masih awet dan nyaris tidak ada renovasi besar yang mengubah bentuk masjid. Masih tetap asli seperti pertama kali dibangun.
"Dari dulu begini, sampai sekarang begini. Ini di bawah pengelolaan Kesultanan. Sempat mau diambil Pemkot Medan tapi tidak jadi karena mungkin nanti tak terurus," pungkas Ridwan.
Masjid ini pun sekarang jadi kebanggaan warga Medan. Traveler bisa juga berkunjung ke masjid ini untuk wisata religi. Selain untuk beribadah, traveler bisa mengagumi keindahan arsitektur masjid berbentuk segi delapan ini.
(sym/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!