Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Senin, 04 Nov 2019 19:25 WIB

DOMESTIC DESTINATIONS

Beras Organik dari Kalimantan, Favoritnya Sultan Brunei

Syanti Mustika
detikTravel
Foto: (Pradita/detikcom)
Jakarta - Mayoritas warga di Krayan bertani beras organik. Tahukah kamu kalau kemasyhuran beras Krayan sudah sampai ke negara tetangga dan bahkan menjadi favorit Sultan Brunei?

Krayan adalah sebuah kecamatan dengan ragam pesona yang tersembunyi. Alamnya yang cantik, penduduknya yang ramah, udara segar, dan suasana yang sangat tenang merupakan daya pikat buat warga perkotaan untuk datang ke sini.

Satu hal yang menjadi juara dan ciri khas dari Krayan adalah produk beras organiknya. Beras Adan namanya. Sesuai dengan namanya, beras ini benar-benar tanpa sentuhan bahan kimia dan prosesnya pun sangat telaten.

Tim Tapal Batas detikcom bersama PLN datang ke Kabupaten Nunukan di Kalimantan Utara dan kami berkunjung ke Krayan.

 Beras Adan berwarna hitam (Pradita/detikcom) Beras Adan berwarna hitam (Pradita/detikcom)

Di sana kami pun berjumpa dengan Alex Balang, Ketua Komisi Ekowisata Forum Masyarakat Adat Dataran Tinggi Borneo (FORMADAT). Dia menjelaskan bahwa produk unggulan Krayan adalah beras organik yang sudah dijual sampai ke negara tetangga.

"Krayan memiliki banyak varietas beras organik, yang kami unggulkan dan kembangkan saat ini adalah Beras Adan. Ada tiga jenis yaitu beras merah, beras putih dan beras hitam. Beras kita ini sangat terkenal dan juga kita jual ke Malaysia, terutama ke Brunei," ujar Alex.

Dia juga menuturkan bahwa di Brunei mereka punya stok tersendiri. Konon beras Krayan merupakan kesukaan dari Sultan Brunei dan dia punya lumbung beras sendiri untuk beras Krayan ini.

"Beras Krayan ini merupakan kesukaan dari Sultan Brunei. Mereka punya lumbung sendiri untuk menyimpan beras dari Krayan," tambahnya.

Adapun yang membuat beras Krayan atau beras organik ini spesial adalah rasa dan proses menanam sampai panennya yang benar-benar tanpa bahan kimia. Prosesnya pun tidak boleh asal-asal dan harus benar-benar diperhatikan.




"Yang membedakan beras Krayan dengan beras lainnya adalah rasa dan juga teksturnya yang lebih kecil. Rasanya pun lebih enak. Kami saja kalau makan bisa membedakan ini adalah beras organik dan ini tidak. Sangat berbeda di lidah," tutur Alex.

"Prosesnya pun juga berbeda dan semua diatur. Mulai dari cara menanam, jarak tanam, lama disemaikan, tidak asal-asalan dan semuanya ada cara dan diatur. Begitu juga dengan memberantas hamanya, dilakukan dengan bahan alami. Tidak ada bahan kimia walau pupuk ataupun obat hama," jelas Alex.


Warga sedang menjemur padi organik (Pradita/detikcom)Warga sedang menjemur padi organik (Pradita/detikcom)

Tak hanya dari cara menanamnya saja, proses panen dan penggilingan beras ini pun ada tata caranya. Salah langkah, panen bisa berantakan.

"Panen pun begitu, tidak langsung masuk ke lumbung padi. Harus dikeringkan dalam waktu tertentu juga, dan baru setelah itu dikeringkan dan dipilah yang ada isi dan yang hampa. Standar lumbung padi juga kita atur, alasnya tidak boleh menggunakan terpal. Harus menggunakan tikar Krayan yang dibuat dari anyaman. Ini untuk mencegah padi membusuk karena lembab," lanjutnya.



Setelah dijemur, padi tak langsung diantar ke penggilingan. Padi harus didiamkan sehari dan baru diantar ke penggilingan. Cara menggilingnya pun tidak boleh asal-asalan. Ada aturan supaya beras nantinya tidak patah ataupun rusak.

"Saat proses penggilingan pun tak sembarang, padi harus digiling dan tak boleh patah. Ada pula orang khusus dan diberi pelatihan untuk menggiling padi dengan baik. Tidak boleh asal-asalan demi hasil yang baik," ujar Alex.

Padi organik (Pradita/detikcom)Padi organik (Pradita/detikcom)

Krayan menyadari bahwa produk beras organik mereka berpotensi untuk dijadikan ladang uang. Untuk itu forum adat pun membentuk kelompok-kelompok tani dan diberi pelatihan.

Dulunya sebelum ada program pelatihan, harga beras organik ditawar murah yaitu per kaleng Rp 200 ribu (15 Kg). Namun bagi yang telah ikut pelatihan kelompok, harga beras 1 kaleng Rp 404 ribu.

"Sekarang forum adat di bidang pertanian sedang mengontrol standar beras organik ini. Ada beberapa kelompok petani di Krayan yang dibina forum adat, diberi pelatihan, dan ada sertifikatnya. Dari segi harga pun berbeda beras yang bagian dari kelompok adat sama yang tidak" tutup Alex.




Simak Video "Ujung Tombak Ekonomi Perbatasan Indonesia-Australia"
[Gambas:Video 20detik]
(sym/krs)
BERITA TERKAIT
BACA JUGA