Kisah Relief-relief di Candi Borobudur yang Kamu Belum Tahu

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Relief-relief di Candi Borobudur yang Kamu Belum Tahu

Eko Susanto - detikTravel
Kamis, 14 Nov 2019 15:48 WIB
Relief yang ada di galeri I Candi Borobudur (Eko Susanto/detikcom)
Magelang - Candi Borobudur menyimpan relief-relief yang menceritakan banyak hal. Dari kisah Putri Kinnari hingga kelinci, begini ceritanya.

Pemerintah menetapkan Candi Borobudur sebagai salah satu destinasi super prioritas. Banyak cerita yang bisa dilihat dari relief di bangunan peninggalan Wangsa Syalendra tersebut. Salah satunya cerita mengenai kisah cinta Putri Kinnari yang ada di relief Candi Borobudur.




SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Candi Borobudur yang berada di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, telah dikenal sebagai objek wisata baik turis mancanegara maupun domestik. Kebanyakan traveler yang datang menuju bangunan peninggalan Wangsa Syalendra tersebut masih sebatas melihat-lihat stupa, bangunan maupun cerita pembangunan candi semata.

Ternyata jika dicermati di galeri I, pada relief candi tersebut, terdapat cerita yang menceritakan kisah cinta Pangeran Sudhana dan Putri Kinnari. Cerita kisah cinta ini Pangeran Sudhana dan Putri Kinnari, belum banyak yang diketahui para traveler.

Kisah Relief-relief di Candi Borobudur yang Kamu Belum TahuFoto: Eko Susanto/detikcom

Pada tengah pekan ini detiktravel ikut dalam rombongan Famtrip Jurnalis Media Digital Nasional ke Destinasi Super Prioritas Borobudur.

Adapun cerita Putri Kinnari tersebut, bisa ditemui setelah menaiki di galeri I Candi Borobudur, kemudian belok ke kiri.




Salah satu perwakilan, Tim Ahli Penyusun Narasi Legenda Borobudur UGM, Louie Buana mengatakan, kebanyakan tur menuju Candi Borobudur masih terpaku pada cerita sejarah candi dibangun, oleh siapa dan sebagainya. Sejauh ini kebanyakan masih sebatas cerita perihal pembangunan candi tersebut.

"Sebenarnya ketika kita berbicara tentang tur Borobudur kebanyakan orang-orang hanya akan terpaku pada sejarah kapan candi ini dibangun, siapa yang membangun, bentuknya seperti apa, jadi semua yang sifatnya itu standar dan teksbook. Yang kami berusaha lakukan di interpretatif tour ini adalah kita mengangkat narasi-narasi lain yang sebenarnya layak untuk diangkat dari Borobudur itu sendiri. Jadi di sini kita lihat ada narasi seperti contohnya cerita cinta Kinnari Jataka," katanya, Rabu (13/11/2019).

Kisah Relief-relief di Candi Borobudur yang Kamu Belum TahuFoto: Eko Susanto/detikcom


"Juga cerita terkait dengan sasa jataka atau kelinci, kemudian sehubungan dengan pijat yaitu kearifan lokal. Sesuatu yang sifatnya sudah sejak ratusan tahun yang lalu dan ternyata masih ada korelasinya dengan kehidupan kita hingga saat ini," tuturnya.

Dalam mengembangkan narasi tersebut, kata dia, contohnya kelinci terkait bahwa Borobudur ini sebagai arsip rekaman kekayaan hayati pada masa tersebut.

"Jadi sasa jataka itu memang kita susun untuk anak kecil, untuk pengunjung anak-anak sekolah. Karena pertama, cerita fabel, cerita binatang-binatang jadi mereka lebih bisa menerima daripada menceritakan kisah kehidupan Sang Buddha terlalu berat, jadi dengan cerita binatang-binatang itu. Kemudian menekannya pula di Indonesia ada kelinci seperti ini," ujarnya.

Kisah Relief-relief di Candi Borobudur yang Kamu Belum TahuFoto: Eko Susanto/detikcom

Dari Tim UGM, kata dia, bukan sebagai pelaksana tur di lapangan, melainkan membuat buku materi. Buku mengenai legenda Borobudur berupa penjelasan mengenai sejarahnya, titik-titik yang harus dilalui mana saja dan alat bantunya.

"Buku itu nantinya akan kita berikan kepada TO, TO, yang ada di kawasan Joglosemar ini sehingga bisa dijadikan referensi mereka dalam menjalankan tour tersebut dan memperkaya produk pariwisata. Ini penting sekali supaya kalau ke Borobudur ceritanya hanya itu-itu saja. Kita harapannya yang dilakukan ini bisa memberikan nilai tambah," katanya.

Pengunjung ke Candi Borobudur, kata dia, berada di galeri I sudah banyak ceritanya. Upaya yang dilakukan ini juga untuk memecah pengunjung agar tidak berkumpul di satu titik stupa Candi Borobudur saja.




Sementara itu, Anggota Tim Percepatan Pengembangan Wisata Sejarah, Religi, Seni, Tradisi dan Budaya, Kementerian Pariwisata RI, Revalino Tobing mengatakan, tim percepatan ini bukan satu-satunya tim yang ada di Kemenpar. Keberadaan Candi Borobudur luar biasa sekali.

"Kami dari tim percepatan, kami bukan satu-satunya tim di kementerian. Ada banyak tim di sana, beda-beda. Kami tertarik sekali. Borobudur ini luar biasa sekali. Kalau orang hanya tahu tentang Bali, lho Borobudur juga ada. Ini juga terkenal," ujarnya.




"Jadi Borobudur yang sudah sekalian lama akan menarik sekali, kalau teman-teman dari UGM mulai merancang sebuah storytelling dan interpretatif tour, ini penting sekali. Karena jangan sampai orang datang sekali dan kemudian bosan. Sementara candinya enggak mungkin kita ubah. Ini kan beda kalau kita pergi ke Dufan. Dufan kalau enggak diubah atau diupdate ya enggak menarik. Karena kalau datang tahun tahun ini datang, 5-10 tahun lagi bawa anak dan masih kaya gitu-gitu aja orang bosan," ujarnya.

Sedangkan di Borobudur sekali sampai datang lagi bentuknya tetap sama. Untuk itu, perlu adanya polesan. "Yang perlu kita ubah adalah bukan ceritanya. Tema cerita ini harus menarik sehingga orang datang dan datang lagi, tidak monoton. Segi apa yang kira-kira mereka pengen tahu, pengen lihat, ini kita sampai," tuturnya.





(wsw/wsw)

Hide Ads