Dianggap Jadi Gerbang Kerajaan Laut, Gapura Karang Hawu Viral

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Dianggap Jadi Gerbang Kerajaan Laut, Gapura Karang Hawu Viral

Syahdan Alamsyah - detikTravel
Rabu, 05 Feb 2020 18:33 WIB
Warganet mempertanyakan pembangunan gapura di area dalam lokasi wisata Karang Hawu, Desa/Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.
Foto: Syahdan Alamsyah
Sukabumi -

Warganet mempertanyakan pembangunan gapura di area dalam lokasi wisata Karang Hawu, Desa/Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Foto itu diunggah oleh pegiat media sosial Sukabumi, Dedi Suhendra yang kemudian dibagikan ulang oleh sejumlah grup media sosial di Sukabumi.

"Gerbang untuk apa di Karanghawu? di atas karang lagi 😭😭😭 Gusti rupa-rupa wae (ada-ada saja) foto : Dede Eko , nuhun fotona izin share.," tulis Dedi dalam narasi foto beranda pribadinya pada Selasa (4/2/2020).

Unggahan itu ditanggapi beragam oleh pengguna media sosial lainnya, pro dan kontra juga mengalir dalam setiap komentar di unggahan tersebut. "Waaaduuhh pintu kerajaan laut sugan...aammpun," kata pemilik akun Irvan Fuji Lesmana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu mah gapura akang/teteh.. hanya untuk memperindah spot wisata karang hawu, bukan pintu kerajaan, punten πŸ™πŸ»πŸ™πŸ» jangan salah paham 😊," kata pemilik akun Ilham Taufik.

"Padahal kawasan karanghawu teh..salah satu yg akan di nilaikan saat revalidasi CPUGGp juli 2021 nanti kang Dedi Suhendra...dan hrsnya thn ini sdh mulai penataan kawasan tsb...naha ayeuna jd beuki asa teu pararuguh eta penataan di kawasan tsb....😭😭😭😭," tulis pemilik akun Rosana Ruyadi.

ADVERTISEMENT

Penelusuran detikcom, Rosana Ruyadi sendiri diketahui sebagai Guru Besar Unpad, Bandung sekaligus salah satu peneliti di kawasan Geopark - Ciletuh Palabuhanratu.

Beragam komentar warganet itu ditanggapi Asep Suhendrik, warga sekaligus pengelola kawasan 'Sumur Tujuh' Karang Hawu menyebut pembangunan itu merupakan partisipasi dan keinginan masyarakat dan pelaku usaha di kawasan tersebut.

"Tujuannya sebagai penambah ikon wisata Karang Hawu, kami tegaskan gapura dibangun bukan untuk mendirikan atau menimbulkan lokasi keramat yang baru justru ini dibangun untuk melengkapi sebagai penambah daya tarik atau ikon wisata tadi," kata Asep saat ditemui detikcom, Rabu (5/2/2020).

Asep juga menjelaskan pembangunan dilakukan tanpa merusak tekstur karang yang ada di lokasi tersebut. Selain itu gapura juga dibangun untuk menjadikan batas air pasang di lokasi.

"Soal karang yang ada ini sama sekali tidak sebutir beras pun kami cungkil, tidak merusak alam kita (posisi tembok) hanya nempel. Sekaligus batas air pasang, karena biasanya hanya kita tandai saja pakai tinta atau tali," lanjutnya.

Pembangunan gapura juga merupakan biaya swadaya dari warga dan pengunjung yang datang. Asep membantah keras ketika lokasi itu juga dinilai sebagai lokasi yang berbau musyrik.

"Kami keberatan dengan istilah musyrik, jangan hanya melihat simbol kujang, simbol kujang itu identik dengan Siliwangi. Bukan soal kemusyrikan," tandasnya.

Pantauan detikcom, di lokasi itu memang terpasang beragam larangan soal sesajen dan ritual spiritual di lokasi tersebut.


Hide Ads