Penelusuran detikcom, Rosana Ruyadi sendiri diketahui sebagai Guru Besar Unpad, Bandung sekaligus salah satu peneliti di kawasan Geopark - Ciletuh Palabuhanratu.
Beragam komentar warganet itu ditanggapi Asep Suhendrik, warga sekaligus pengelola kawasan 'Sumur Tujuh' Karang Hawu menyebut pembangunan itu merupakan partisipasi dan keinginan masyarakat dan pelaku usaha di kawasan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tujuannya sebagai penambah ikon wisata Karang Hawu, kami tegaskan gapura dibangun bukan untuk mendirikan atau menimbulkan lokasi keramat yang baru justru ini dibangun untuk melengkapi sebagai penambah daya tarik atau ikon wisata tadi," kata Asep saat ditemui detikcom, Rabu (5/2/2020).
Asep juga menjelaskan pembangunan dilakukan tanpa merusak tekstur karang yang ada di lokasi tersebut. Selain itu gapura juga dibangun untuk menjadikan batas air pasang di lokasi.
"Soal karang yang ada ini sama sekali tidak sebutir beras pun kami cungkil, tidak merusak alam kita (posisi tembok) hanya nempel. Sekaligus batas air pasang, karena biasanya hanya kita tandai saja pakai tinta atau tali," lanjutnya.
Pembangunan gapura juga merupakan biaya swadaya dari warga dan pengunjung yang datang. Asep membantah keras ketika lokasi itu juga dinilai sebagai lokasi yang berbau musyrik.
"Kami keberatan dengan istilah musyrik, jangan hanya melihat simbol kujang, simbol kujang itu identik dengan Siliwangi. Bukan soal kemusyrikan," tandasnya.
Pantauan detikcom, di lokasi itu memang terpasang beragam larangan soal sesajen dan ritual spiritual di lokasi tersebut.
(ddn/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol