Pada masanya, Radio Malabar digunakan Pemerintah Hindia Belanda untuk berkomunikasi langsung dengan radio Belanda. Salah satu yang dibicarakan perihal perkembangan bisnis perkebunan, yaitu perkebunan terbesar adalah perkebunan teh di Ciwidey dan Pangalengan.
"Yang dikomukasikan itu tentang laporan perkembangan produsen teh yang ada di Ciwidey dan Pangalengan," ujar Eri Ridwan Latief, selaku Ketua Orari Lokal Bandung Selatan, Jumat (13/3/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari hasil pantauan detikcom, kini terlihat sisa-sisa bangunan Radio Malabar. Radio Malabar dihancurkan tahun 1942 oleh pegawai di radio tersebut. Mereka takut pemancar radio yang mereka miliki akan digunakan Jepang untuk melakukan kampanye.
![]() |
"Orang mengira reruntuhan itu tidak berguna. Kita tidak begitu. Ini akan menjadi potensi wisata baru, bahwa orang tahu di Gunung Puntang lah komunikasi Indonesia Belanda terjadi," pungkasnya.
Perlu diketahui, Pendiri Radio Malabar adalah Dr. Cornelius Johannes de Groot (1883 -1927). Sebagai tanda jasanya namanya disematkan dalam sebuah nama jalan di Kota Bandung, yaitu Grootweg atau sekarang berganti nama menjadi Jalan Siliwangi.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!