5 Masjid dengan Sentuhan Tionghoa di Indonesia

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

5 Masjid dengan Sentuhan Tionghoa di Indonesia

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Selasa, 05 Mei 2020 04:09 WIB
Di tengah wabah corona, Masjid Lautze, Kota Bandung, tetap menggelar salat Jumat. Ratusan orang mengikuti salat Jumat ini.
Umat muslim yang tengah malaksanakan shalat Jumat (Wisma Putra/detikcom)
Jakarta -

Dalam perjalanannya, masjid tak melulu eksklusif Timur Tengah. Tak sedikit juga masjid di Indonesia yang terpengaruh atau hadir lewat andil etnis Tionghoa.

Sejumlah masjid dengan nuansa Tionghoa itu pun turut dibahas dalam tur virtual '5 Wisata Masjid Paling Menarik di Jakarta' oleh Wisata Kreatif Jakarta via Zoom, Jumat (1/5/2020). Acara itu pun dipandu langsung oleh guide berlisensi Ira Lathief.

Jakarta sendiri memiliki sejumlah masjid yang sarat nuansa atau hadir atas andil etnis Tionghoa yang telah menjadi mualaf. Berikut beberapa di antaranya:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Masjid Lautze

Yang pertama adalah Masjid Lautze di Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat. Didirikan di sebuah ruko oleh anak dari mendiang Haji Abdul Karim Oei, Lautze sendiri memiliki arti guru dalam bahasa Mandarin.

"Pempatnya para Tionghoa mualaf bersyahadat. Tujuannya untuk dakwah ke kaum Tionghoa. Dominan warna merah dan kuning. Dalamnya juga ada kaligrafi china tentang ayat," ujar Ira.

ADVERTISEMENT
Berada di deretan ruko di bilangan Sawah Besar, Jakarta, Masjid Lautze eksis dipenuhi umat muslim keturunan Tionghoa.Berada di deretan ruko di bilangan Sawah Besar, Jakarta, Masjid Lautze eksis dipenuhi umat muslim keturunan Tionghoa (Rifkianto Nugroho/detikcom)

Diketahui, masjid itu dibangun oleh Ali Karim selaku anak mendiang Abdul Karim bersama tokoh Tionghoa muslim Junus Jahja. Terakhir, masjid itu juga menjadi saksi dari mualafnya pengusaha Fitria Yusuf yang mengikuti jejak ayahnya Jusuf Hamka.

"Yang terakhir Fitria Yusuf. Dia mengikuti jejak ayahnya sebagai mualaf tanpa dipaksa," ujar Ira.

2. Masjid Babah Alun

Melanjutkan dari nama tokoh Tionghoa mualaf Jusuf Hamka, ia juga mendirikan sebuah masjid di daerah Warakas, Tanjung Priok. Adalah Masjid Babah Alun yang dibangun di bawah kolong jembatan tol Wiyoto Wiyono.

"Jusuf Hamka, bangun masjid di Warakas, Tanjung Priok," ujar Ira.

Untuk informasi, Jusuf Hamka merupakan anak angkat dari tokoh Islam nasional Indonesia Buya Hamka. Dari perkenalannya dengan Buya Hamka, Jusuf pun memeluk Islam.

Sebuah masjid dengan arsitektur yang kental dengan etnis Tionghoa berdiri di bawah kolong Tol Wiyoto Wiyono. Masjid itu bernama Masjid Babah Alun.Sebuah masjid dengan arsitektur yang kental dengan etnis Tionghoa berdiri di bawah kolong Tol Wiyoto Wiyono. Masjid itu bernama Masjid Babah Alun (Pradita Utama/detikcom)

Nama Babah sendiri berasal dari bahasa Tionghoa yang berarti ayah. Sedangkan Alun diambil dari nama asli Jusuf, Alun Josef. Nuansa masjid itu pun begitu sarat etnis Tionghoa, tak sedikit yang malah menyangkanya sebagai kelenteng.

Nyatanya, hal itu memang sengaja dilakukan Jusuf untuk membuktikan hubungan baik antara etnis Tionghoa dan agama Islam itu sendiri.

3. Masjid Al Imtizaj

Bergeser ke Kota Bandung, ada Masjid Al Imtizaj yang berlokasi di Jalan Banceuy no 8. Diketahui, masjid yang sarat nuansa Tionghoa ini merupakan saudara dari Masjid Lautze di Jakarta.

"Masjid Al Imtizaj, dibangun sama Yayasan Abdul Karim juga," pungkas Ira.

Seperti saudaranya di Jakarta, Masjid Al Imtizaj ini juga begitu lekat dengan nuansa Tionghoa. Mulai dari gerbang masuknya yang didominasi warna merah dan kuning, tak sedikit juga yang menyangkanya adalah kelenteng atau pagoda.

Masjid Al Imtizaj di BandungMasjid Al Imtizaj di Bandung (Nfadils/d'traveler)

Hanya sedikit berbeda dengan Masjid Babah Alun atau Lautze di Jakarta, ciri khas Islam juga tampak dari kubah yang hadir di Masjid Al Imtizaj. Salah satu hal yang membuat masjid ini cukup unik.

4. Masjid Ramlie Mustofa

Bergeser kembali ke daerah Sunter di Jakarta Utara, ada Masjid Ramlie Mustofa yang bergaya seperti ikon India Taj Mahal. detikTravel pun pernah berkunjung ke masjid megah ini beberapa waktu yang lalu.

Masjid Ramlie Musofa beralamat di Jalan Danau Sunter Raya Selatan Blok I/10 No 12 C-14 A, Sunter. Lokasinya berada persis di pinggir Danau Sunter.

Masjid Ramlie Musofa di Sunter yang arsitekturnya mirip taj mahal di IndiaMasjid Ramlie Musofa di Sunter yang arsitekturnya mirip taj mahal di India (Pradita Utama/detikcom)

Sejarahnya, Masjid Ramlie Musofa ini dibangun oleh seorang mualaf yang berdarah Tionghoa. Masjid dibangun pada tahun 2011, dan diresmikan pada 15 Mei 2016 silam.

Oleh sebab itu, wajar bila aksen mandarin banyak ditemukan di masjid ini. Nama masjid bahkan tertera dalam bahasa Mandarin, selain dalam bahasa Arab. Tak heran kalau banyak wisatawan hingga peziarah yang datang ke masjid ini.

5. Masjid Cheng Ho

Terakhir ada Masjid Cheng Ho di Surabaya, Jawa Timur. Walau tidak dibahas dalam tur virtual, tapi masjid yang satu ini merupakan salah satu yang juga sarat nuansa Tionghoa. Namanya sendiri diambil dari Panglima China Cheng Ho yang beragama Islam.

Menurut Doktor Choirul Mahfud, dosen dan peneliti Muslim Tionghoa dari ITS dalam kuliah umum di Prodi Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Ampel mengatan, bahwa komunitas muslim Tionghoa di Indonesia telah menunjukkan kontribusinya yang menarik hati masyarakat luas dalam aspek wisata religius dari adanya masjid Cheng Ho.

Masjid Cheng Ho SurabayaMasjid Cheng Ho Surabaya (istimewa)

Choirul Mahfud yang juga menjadi wakil kepala Pusat Kajian Kebijakan Publik Bisnis dan Industri (PKKPBI ITS) menjelaskan bahwa masjid Cheng Ho di Indonesia selain menjadi tempat pilihan untuk ibadah sholat, juga cocok untuk destinasi wisata.

Itulah beberapa masjid dengan nuansa dan sentuhan Tionghoa di Indonesia. Apabila pandemi COVID-19 ini berakhir, kalian bisa mengunjungi masjid di atas untuk melihat langsung bukti kedekatan etnis Tionghoa dan muslim di Indonesia.




(rdy/ddn)

Hide Ads