Gunung Semeru yang berjuluk 'atap' Pulau Jawa jadi impian setiap pendaki. Berikut kisah perjalanan saat mendaki gunung ini di tahun 2017, sebelum ada Corona.
Mendengar kata "Top Of Java", otomatis pikiran pasti akan langsung mengarah kepada Gunung Semeru (3.676 m). Memang benar sekali. Puncak Mahameru adalah merupakan atap sekaligus gunung terindah di Pulau Jawa.
Masuk dalam wilayah kehutanan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan secara administratif terletak antara perbatasan Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur.
Stasiun Kota Malang +414 m, umumnya menjadi meeting point awal keberangkatan. Untuk melanjutkan ke Terminal Pasar Kecamatan Tumpang sekitar 20 km. Dapat dengan secara langsung mencarter kendaraan umum, atau naik jurusan Terminal Arjosari, dan pindah angkutan jurusan Tumpang.
Kota Kecamatan Tumpang merupakan sentral point. Seperti mengurus Surat Kesehatan di Puskesmas terdekat, menambah perbekalan logistik dan tentu saja di sini dimulainya perjalanan dengan menggunakan jeep 4WD menuju Desa Ranu Pane (+30 km).
![]() |
Untuk ijin pendakian sendiri sudah memakai sistem booking online sebelumnya : https://bookingsemeru.bromotenggersemeru.org
Perjalanan menuju Desa Ranu Pane ditempuh sekitar 2 jam normal. Perjalanan menanjak melewati Gubuk Klakah, Ngadas, Bantengan (Pertigaan padang pasir Bromo) dan tujuan terakhir adalah Resort Ranu Pane.
GPS menunjukkan elevation Ranu Pane di altitude (+2.132 m). Prosedur peraturan sekarang harus mengikuti briefing. Berlaku baik yang sudah pernah naik, ataupun bagi mereka yang belum pernah naik.
Hanya saja pada saat materi briefing para petugas tidak menekankan tentang detail teknis pendakian dan pentingnya titik point awal saat tiba di puncak. Padahal menurut penilaian saya pribadi, kasus pendaki hilang di Semeru justru saat hendak turun.
Ketika lupa titik point awal tiba di puncak, bisa di pastikan jalur turun yang di lalui salah. Selanjutnya dengan mudah dapat di tebak. Seperti itulah gambaran kasus yang menimpa korban Semeru selama ini selain faktor tertimpa batu atau faktor-faktor lainnya.
Trekking dari Ranu Pane menuju Ranu Kumbolo relatif lebar dan landai. Sesekali lintasan menanjak naik dan terkadang turun. Melintas melipir punggungan sebelah kiri Gunung Hayak Hayak dan tebing Watu Rejeng.
Setelah menempuh perjalanan normal selama 4 jam lebih, melewati beberapa pos dan jembatan lintasan kayu, maka di balik punggungan terakhir akan terlihat birunya Ranu Kumbolo yang juga menjadi lokasi camp paling favorit di Pulau Jawa yang di cari para penggiat alam bebas.
GPS menunjukkan elevation Ranu Kumbolo di altitude (+2.403 m). Cuaca bulan Agustus sangat cerah, sangat ideal untuk melakukan trekking. Namun saat malam musim kemarau, justru suhu udara pegunungan akan lebih dingin.
Temperatur malam hari di kawasan lembah danau ini akan turun minus di bawah nol derajat. Dan di saat pagi tiba, butiran kristal es akan menutup bagian luar tenda.
Dahulu di bawah tahun 1993 (saat bangunan shelter Kalimati belum berdiri), pada kawasan danau ini masih terlihat kawasan burung belibis. Namun semua itu hanya tinggal cerita belaka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Gunung Bromo Kapan Dibuka untuk Wisatawan? |
Setelah melewati tanjakan cinta, di baliknya akan terbentang sabana Oro Oro Ombo. Perjalanan normal dari sini menuju Kalimati memakan waktu 2 jam lebih. Melintasi Oro Oro Ombo, Cemoro Kandang dan Alas Jambangan.
GPS menunjukkan elevation Kalimati di altitude (+2.693 m). Udara sore menjelang senja terasa dingin hingga menusuk tulang. Temperatur pada jam tangan telah menunjukkan angka 12 derajat celcius. Padahal matahari masih bersinar.
Untungnya saat tiba belum terlalu gelap. Sehingga masih sempat mendirikan tenda dan mengambil air di Sumber Meni (sekitar 20 menit sebelah barat Kalimati).
Malam ini tidak ada awan. Sesekali terlihat kilatan meteor bertabrakan dengan atmosfer di angkasa. Sungguh suatu hal yang takkan di jumpai di kota. Tengah malam segala persiapan pendakian pun dilakukan. Tepat pukul 01.00 WIB, summit attack di mulai.
GPS menunjukkan elevation Arcopodo di altitude (+3.054 m), di tempuh sekitar satu jam lebih perjalanan normal. Kontur sangat rapat. Naik dari Kalimati sekitar 350 meter, dengan kondisi jalur sempit dan tanah labil.
![]() |
Selanjutnya medan terbuka dengan pasir bercampur kerikil setinggi 600 meter (vertikal) akan menjadi tantangan terakhir sebelum mencapai puncak. Bila mental kurang siap, biasanya gagal mencapai puncak. Dan itu memang sering terjadi di Semeru.
Sesudah 2006 letusan dari kawah Jongring Saloka sudah tidak besar lagi. Bila cuaca cerah, di sebelah timur akan terlihat Gunung Lamongan, Gunung Argopuro dan Gunung Raung. Sebelah Barat Gunung Bromo, Gunung Ardjuna, Gunung Welirang, Gunung Pananggungan, Pegunungan Putri Tidur, bahkan juga Gunung Lawu.
Sebagai catatan, usahakan untuk menginggat letak titik awal saat tiba di puncak. Ini penting, karena area kawasan puncak Mahameru sangat luas. Dan akan berakibat fatal bila sampai lupa titik awal kedatangan. Apalagi sekarang Cemoro Tunggal yang sering di jadikan acuan jalur pendakian sudah tidak ada lagi.
---
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikTravel, Ludfi Budiman dan sudah tayang di d'Travelers Stories.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!