Sumedang punya tempat wisata baru yang digagas oleh warga setempat. Namanya adalah Lahan Hutan (Lahuta) Mulung Layung.
Pemerintah Desa Cipanas, Kecamatan, Tanjungkerta, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat menjadikan lahan hutan sebagai tempat wisata alternatif bagi keluarga.
Lahan hutan yang berada tepat wilayah Kampung Pangaroan ini diberi nama Lahan Hutan (Lahuta) Mulung Layung yang artinya jika sore hari matahari terbenam akan terlihat jelas dari tempat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awalnya lahan hutan tersebut merupakan sebuah hutan yang begitu seram dengan dipenuhi pepohonan tinggi. Namun, hutan tersebut kini di sulap menjadi objek wisata alternatif bagi warga setempat karena di dalamnya terdapat berbagai macam permainan seperti flying fox, Lodong (meriam bambu), ayunan bambu, perahu bambu, gazebo dan sejumlah spot untuk berswafoto yang dipercantik dengan ribuan baling-baling kecil yang terbuat dari kertas origami.
Bahkan selain bisa berswafoto, para pengunjung juga bisa menikmati pemandangan yang indah dari atas bukit untuk bisa melihat langsung pemandangan area persawahan dan pegunungan yang sangat asri.
![]() |
Bahkan para pengunjung juga bisa menikmati makanan yang dibawa dari rumah untuk dinikmati di beberapa gazebo yang sudah disediakan, sambil menikmati keindahan dan suasana sejuk yang dikelilingi oleh pepohonan.
Kepala Desa Cipanas, Muhammad Asep Lantipan mengatakan, tempat ini dibangun secara swadaya oleh warga desa tanpa ada bantuan biaya sepeser pun dari Pemerintah Kabupaten Sumedang, kecamatan, mau pun Pemerintah Desa Cipanas.
"Tidak ada dana sentuhan dari pemerintah ataupun pihak lain, semua tempat ini murni hasil swadaya masyarakat," kata Asep saat ditemui detikcom di Lahan Hutan Mulung Layung, Rabu (22/7/2020).
Asep mengaku, konsep ini datang dari dirinya sendiri yang dibantu oleh masyarakat untuk mewujudkan lahan hutan yang menakutkan jadi lahan hutan indah dan cantik.
"Alhamdulillah semua masyarakat mendukung, dan saya juga bersyukur mereka juga memutar otak untuk merancang konsep hutan yang asalnya seram menjadi tempat wisata," katanya.
![]() |
Untuk dapat menikmati wisata Lahuta ini, warga tidak dipungut biaya. Karena, kata Asep wisata ini dibuat oleh warga dan untuk warga. Sehingga warga yang datang dapat dengan bebas menikmati wisata Lahuta Mulung Layung.
"Pengunjung yang ke sini tidak dipungut biaya, tapi kami sediakan kotak khusus, namanya kotak kejujuran. Jadi tidak akan ada tiket masuk, itu untuk pemeliharaan dan kebersihan saja," ucap Asep.
Bahkan kata Asep, belum lama ini desanya mendapat penghargaan dari Original Rekor Indonesia (ORI) karena terdapat 6.529 baling-baling mini yang terbuat dari kertas origami yang dibuat langsung oleh seluruh warga Desa Cipanas.
Kata Asep, Baling-baling tersebut dibuat warga dengan waktu sekitar satu minggu. Bahkan yang menarik, dalam baling-baling itu terdapat tulisan nama-nama warga yang membuatnya.
Dirinya mengakui bahwa konsep baling-baling tersebut merupakan idenya sendiri, yang kemudian mengajak warga untuk membuatnya bersama-sama hingga akhirnya baling-baling itu selesai dibuat tepat pada Hari Ulang Tahun Desa Cipanas yang ke-42 pada 19 Juli 2020.
![]() |
Awal muncul Ide itu karena selain mudah membuatnya, baling-baling dari kertas ini akan bertahan lama jika tidak terkena air atau hujan. Mengingat saat ini sudah memasuki musim kemarau.
Selain itu lanjut Asep, dirinya bersama masyarakat Desa Cipanas berencana akan mengembangkan kawasan Desa Cipanas menjadi kawasan wisata di Kabupaten Sumedang.
"Desa kami ke depannya akan membuat tempat wisata lain, seperti mini zoo ataupun arum jeram yang sedang kami tata," katanya.
Salah satu pengunjung, Siti Julaeha (53) mengaku sangat terkesan dan sangat mengapresiasi warga Desa Cipanas untuk membangun tempat wisata ini secara swadaya tanpa ada biaya dari pemerintah.
"Warga di sini hebat lah, bisa menciptakan tempat wisata, khususnya untuk warga Sumedang. Suatu waktu tempat ini juga bisa dijadikan sarana untuk pembelajaran bagi siswa," kata Siti
Menurutnya, masyarakat di Desa Cipanas layak mendapat apresiasi atau penghargaan dari berbagai pihak. Sebab, tempat ini memberikan contoh kepada masyarakat lain bagaimana memanfaatkan hutan atau alam tanpa merusaknya.
"Merasa bangga sebagai orang Sumedang asli, sebagai pengajar juga, Dengan adanya tempat ini merasa bangga yang sangat luar biasa, karena antusiasme warga di sini sangat hebat. Jadi hati ini merasa tergugah kok masyarakat di sini bisa menciptakan tempat ini. Mudah-mudahan bisa jadi tempat wisata nusantara," katanya.
(rdy/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum