Kenangan Hangat Liburan ke Bali Sebelum Corona

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

d'Traveler Stories

Kenangan Hangat Liburan ke Bali Sebelum Corona

Sobarudin - detikTravel
Rabu, 02 Sep 2020 14:20 WIB
Sunset di Pantai Pandawa.
Foto: (sobarudin688/d'Traveler)
Denpasar -

Liburan ke Pulau Dewata Bali sebelum corona menyerang memang begitu berbeda. Kenangannya masih tersimpan.

Hello gaes, pengalaman apa yang menarik dalam liburan kalian di tahun ini? Baiklah pada kesempatan ini saya ingin berbagi atau bercerita sedikit tentang pengalaman liburan yang menarik bagi saya. Keberuntungan pada waktu itu telah berpihak kepada saya, dan saya tidak menyangka bisa mengunjungi Pulau Bali, pulau impian sejuta wisatawan baik itu wisatawan dalam negeri maupun luar negeri.

Pada hari itu dimulai pada pertengahan bulan Januari saya memesan tiket pesawat dan berangkat dari tempat tinggal saya di provinsi Riau menuju ke Pulau Bali. Tujuan saya ke Pulau Bali ialah untuk belajar di bidang animasi yang diadakan oleh salah satu lembaga yang bekerja sama dengan kementerian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saya tinggal di Pulau Bali selama hampir kurang lebih setengah bulan, yang mana selama saya di sana seluruh akomodasi mulai dari makan, tempat tinggal, uang saku, tiket pesawat pulang dan pengembalian uang tiket pesawat pergi yang saya keluarkan semua ditanggung oleh pihak lembaga.

Selama di Bali saya belajar dengan waktu aktif kurang lebih 9 jam, diawali serapan pada jam 07.00 pagi, mulai masuk belajar sekitar jam 08.00, dan pada jam 10.00 coffee break, kemudian dilanjutkan sampai jam 12.00 makan siang sekaligus sholat, dan masuk belajar pada jam 13:30 hingga keluar jam 16:00 sore, dengan hari aktif Senin sampai dengan hari Sabtu dan Minggu adalah hari libur kami.

ADVERTISEMENT

Selama belajar di Pulau Bali saya mendapat banyak teman-teman baru dari berbagai daerah, suku, budaya, serta bahasa yang berbeda-beda. Ada yang dari Padang, Jakarta, Makassar, Palembang, Medan, dan sebagainya. Dengan berbagai keberagaman yang ada menjadikan kami satu dalam pertemanan yang kompak.

Selama di Pulau Bali kami sangat memanfaatkan momen hari libur yang ada, yaitu pada hari Minggu. Sebelumnya kami telah merencanakan bersama tempat wisata apa yang akan kami kunjungi. Kami memulainya pada Minggu pagi (20/01/2019) dengan memesan beberapa mobil grab yang sudah kami sesuaikan dengan jumlah kami sebanyak 24 orang.

Sunset di Pantai Pandawa.Bersama teman di Pantai Pandawa (sobarudin688/d'Traveler)

Kami memulai wisata dengan mengunjungi Pantai Pandawa. Ketika kami hendak sampai di pantai tersebut, kami disambut dengan patung Pandawa yang begitu besar dan mengagumkan.

Patung Pandawa merupakan simbol dari cerita Hindu yaitu Mahabharata, dan sampailah kami di pantai dengan garis pantainya yang membentang panjang dengan pasir putih dan airnya yang berwarna biru jernih. Kami pun menghabiskan sedikit waktu untuk bermain dan berfoto ria di antara bangku-bangku panjang yang berjajar di pinggir Pantai Pandawa.

Setelah dari Pantai Pandawa kami meneruskan perjalanan menuju Pantai Padang-padang. Pantai ini terletak di jalan Labuan Sait Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Untuk masuk ke tempat wisata yang satu ini kami harus membayar tiket masuk sekitar Rp 20.000 satu orang.

Menurut saya, ketika saya melihatnya letak pantai ini sangat unik dengan latar belakang perbukitan dan pepohonan yang rindang serta bebatuan yang terjal merupakan keunikan yang menarik. Ketika kami hendak ke bibir pantai, kami harus melewati terowongan yang menyerupai sebuah gua dengan monyet-monyet yang berjajar di sekitar tangga gua, karena pantai ini sangat tertutup di bawah tebing.

Jadi tidak heran, banyak bule atau turis asing yang berjemur menggunakan bikini. Kemudian di sore harinya sambil menuju pulang ke asrama, kami menyempatkan diri untuk singgah di Pantai Kuta untuk bersantai, bermain dan berfoto-foto sambil menyaksikan indahnya matahari terbenam.

Pada Minggu hari liburan terakhir (27/01/2019). Kami mengunjungi tempat wisata Uluwatu, yang mana kami harus membayar tiket masuk sekitar Rp 20.000/orang. Sebelum kami masuk ke Hutan Uluwatu yang di dalamnya terdapat pura-pura yang menarik.

Masing-masing kami harus mengenakan kain di pinggang yang diberikan oleh petugas tiket. Katanya itu sebagai syarat untuk masuk ke hutan tersebut. Untuk mencapai area pura kami berjalan beberapa meter melalui jalan setapak dan pada saat berjalan kaki kami banyak melihat monyet-monyet yang berjajar di pinggir jalan sambil memakan sesajen yang disediakan oleh warga setempat yang merupakan salah satu tradisi sembahyang warga yang beragama Hindu.

Masyarakat Hindu sangat percaya keterkaitan monyet-monyet ini pada kisah nyata kepahlawanan "Ramayana," sebuah legenda yang menjelaskan tentang kehadiran pasukan monyet yang membantu Sri Rama (sebagai reinkarnasi dari Tuhan itu sendiri).

Kebudayaan Bali memang sangat menarik dan unik. Sesampainya di pura kami pun bermain, berfoto bersama, serta melihat keindahan Uluwatu yang terletak di atas tebing yang menjulang tinggi. Apabila memandang ke depan jauh ke bawah, kita akan melihat air laut yang berwarna biru jernih dengan ombak yang menghempas bebatuan karang yang berada di bawah tebing.

Tetapi sayang sekali kami tidak bisa menyaksikan matahari terbenam, dikarenakan waktu yang terbatas dan kami harus pergi ke tempat selanjutnya. yaitu pusat perbelanjaan tradisional Pasar Seni Sukawati untuk membeli oleh-oleh yang akan dibawa pulang ke kampung halaman masing-masing nantinya.

---
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikTravel, Sobarudin dan sudah tayang di d'Travelers Stories. Traveler yang hobi berbagi cerita perjalanan, yuk kirim artikel, foto atau snapshot kepada detikTravel di d'Travelers. Link-nya di sini.




(rdy/rdy)

Hide Ads