Napak Tilas Jejak Ratu Boko di Yogyakarta

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

D'Traveler Stories

Napak Tilas Jejak Ratu Boko di Yogyakarta

Lena Ellitan - detikTravel
Senin, 14 Sep 2020 15:45 WIB
Keraton Ratu Boko
Keraton Ratu Boko. (Foto: Lena Ellitan/d'traveler)
Jakarta -

Keraton Ratu Boko di Yogyakarta adalah bangunan megah yang dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, keturunan Dinasti Syailendra.

Walaupun dua tahun saya pernah tinggal di Jogja, namun keinginan menjelajah kota gudeg justru timbul setelah lebih dua puluh tahun meninggalkan kota ini. Hampir di setiap kesempatan mampir ke Kota Gudeg, saya berusaha mendatangi tempat baru yang belum pernah saya kunjungi. Apalagi saat ini Jogja menawarkan sejuta pesona wisata.

Salah satunya adakah keingintahuan saya melihat langsung Istana Ratu Boko. Banyak tulisan tentang istana ini dan juga cerita tentang keindahan senja di situs Ratu Boko, namun saya merasa tidak afdol kalau tidak datang langsung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut sejarahnya, konon Keraton Ratu Boko adalah bangunan megah yang dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, keturunan Dinasti Syailendra. Dahulu bangunan ini disebut dengan Wihara Abhayagiri (Vihara yang artinya biara di atas bukit yang damai). Keraton Ratu Boko ini dibangun untuk tujuan pengasingan dan fokus pada kehidupan spiritual.

Keraton Ratu Boko terletak 196 meter di atas permukaan laut. Setelah kita masuk ke pintu gerbang istana, kita akan langsung dipandu ke bagian tengah. Di sana terdapat dua gerbang tinggi yaitu gerbang pertama memiliki tiga pintu masuk sedangkan yang kedua memiliki lima pintu masuk. Sekitar 45 meter dari gapura kedua, anda akan melihat sebuah candi yang terbuat dari batu putih sehingga diberi nama Candi Batu Putih atau Candi Batu Putih.

ADVERTISEMENT

Di situs ini kita juga menjumpai sumur misterius akan terlihat jika berjalan ke arah tenggara dari Kuil Pembakaran. Menurut legenda, sumur itu bernama Amerta Mantana yang berarti air suci yang diolah dengan jimat. Saat ini air sumur Amerta masih digunakan. Legenda mengatakan bahwa air membawa keberuntungan bagi siapa saja yang menggunakannya.

Walaupun saya datang di tengah panas terik dan tidak kebagian untuk melihat langsung matahari terbenam dari situs ini namun saya merasa bahagia dapat melihat langsung, menikmati suasana dan berfoto hamper di semua sudut candi atau situs Keraton Ratu Boko. Kondisi situs ini sangat terawat. Walaupun jika dibandingkan dengan Prambanan, situs ini tidak terlalu banyak pengunjung.

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikTravel, Lena Ellitan, dan sudah tayang di d'Travelers Stories. Anda punya pengalaman liburan lainnya, segera kirim ke detikTravel lewat tautan ini.




(pin/pin)

Hide Ads