Liang Ndara, Destinasi Kamu Selanjutnya di Labuan Bajo

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Liang Ndara, Destinasi Kamu Selanjutnya di Labuan Bajo

Bonauli - detikTravel
Senin, 14 Sep 2020 20:06 WIB
Desa Adat Liang Ndara
Tariang Rangkuk Alu (Bonauli/detikcom)
Manggarai Barat -

Liburan ke Labuan Bajo jangan cuma datang ke tempat indah. Labuan Bajo juga sarat dengan eksotisme budaya di Desa Adat Liang Ndara.

Liang Ndara, itulah nama desa adat di Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT. Desa adat ini berjarak 20 km dari Kota Labuan Bajo.

Sejarahnya, desa adat ini dibentuk oleh Kristoforus Nison, Ketua Lembaga Budaya desa adat Liang Ndara. Tahun 2008, Kristo menjabat sebagai kepala desa. Dari sana ia belajar soal ekowisata dan mendirikan sanggar budaya bersama warga Kampung Cecer.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sanggar budaya didirikan tahun 2010, kemudian setahun setelahnya dibangun lah kampung wisata," ujarnya.

Di sini warga kampung diajak untuk melestarikan kebudayaan adat dan dipamerkan kepada wisatawan. detikTravel bersama rombongan media yang diundang Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores datang ke desa adat ini untuk melihat langsung tarian caci yang jadi ciri khas.

ADVERTISEMENT
Desa Adat Liang NdaraDesa Adat Liang Ndara Foto: (Bonauli/detikcom)

Begitu sampai di Desa Adat Liang Ndara, kami diarahkan untuk masuk ke sebuah rumah adat yang ada di puncak kampung. Di depan rumah sudah berjajar rapih pria-pria dengan pakaian adat.

Tetua adat berada paling depan sambil memegang seekor ayam putih. Rupanya ayam putih adalah simbol penolak bala. Jika ada yang bermaksud jahat, maka tidak akan terjadi.

Sang tetua ada berbicara dalam bahasa Manggarai. Kemudian menyerahkan ayam putih kepada perwakilan rombongan. Artinya kami sudah disambut dan diperbolehkan masuk.

Sembari masuk ke dalam rumah adat, kami disuguhi pemandangan kampung yang luar biasa indah. Belum lagi udaranya yang sangat sejuk.

Desa Adat Liang NdaraDesa Adat Liang Ndara Foto: (Bonauli/detikcom)

Di dalam rumah, kami dipersilakan duduk menghadap para tetua adat. Mereka menyapa dan menjamu kami dengan minuman adat, sopi.

Tradisi ini disebut Reis, penyambutan dengan tuak atau sopi. Satu per satu gelas sopi terangkat. Sopi yang dibagikan berwarna sangat bening seperti air putih.

Meski minuman beralkohol namun untuk ritual penyambutan kadarnya sangat kecil. Namun bagi wisatawan yang tidak bisa minum alkohol, cukup mengambil gelasnya sebagai tanda penghormatan saja, tak perlu diminum.

Kristo yang jadi penerjemah tetua adat mengajak wisatawan untuk bergabung dengan mereka di area teras rumah. Mereka sudah menyiapkan beberapa tarian adat yang memiliki filosofi berdampingan dengan cara hidup mereka.

"Penampilan pertama adalah tarian sirih pinang atau reis meka untuk memperdalam rasa kekeluargaan, kemudian ada tarian caci, akumawo, rangkuk alu dan tarian sanda," ungkapnya.

Tarian dilakukan secara berkelompok oleh wanita dan pria secara bergantian. Yang paling populer adalah tarian caci. Dimainkan oleh para pria dengan saling mencambuk.

"Tarian ini adalah filosofi bahwa hidup harus sesuai norma yang berlaku. Kalau kena cambuk jangan salahkan orang, tapi lihat ke dalam diri, apakah kita punya kesalahan terhadap orang lain," jelas Kristo.

Desa Adat Liang NdaraDesa Adat Liang Ndara Foto: (Bonauli/detikcom)

Dari semua penampilan yang paling mencolok adalah pemain musik. Semua pemusik dalam acara budaya haruslah wanita. Ini adalah simbol kelembutan.

"Hanya wanita yang diperbolehkan memainkan musik karena wanita itu seperti musik yang jadi simbol kelembutan. Namun jika sangat terpaksa boleh digantikan oleh pria," katanya.

Untuk traveler yang mau menikmati tarian caci dan budaya Manggarai bisa datang ke Desa Adat Liang Ndara. Kamu bakal dibuai dengan keindahan alam dan adat istiadatnya dalam bentuk tarian!




(bnl/ddn)

Hide Ads