Di Kudus, Jawa Tengah terkenal cukup banyak tradisi untuk menyambut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Salah satunya, golok-golok-menthok.
Salah satu tradisi yang masih dipertahankan umat Islam di Kudus adalah tradisi ampyang maulid. Tapi tidak hanya itu saja, ternyata ada juga tradisi golok-golok menthok untuk menyambut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Bagaimana sejarah tradisi golok-golok menthok itu?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tradisi golok-golok menthok hanya ada di Kudus. Biasanya tradisi itu digelar saat momen peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
"Sejauh ini ketika saya tanya kepada santri, tradisi golok - golok menthok ditemukan hanya di Kudus saja," kata Dosen Filsafat dan Budaya IAIN Kudus Nur Said saat dihubungi detikTravel lewat sambungan telepon, Kamis (29/10/2020).
Kang Said, begitu sapaan akrabnya, mengatakan bahwa di Kudus tradisi golok-golok menthok itu identik dengan rantang khas yang berwarna-warni. Di rantang yang berukuran kecil itu berisi ketan, serondeng hingga jajanan pasar untuk anak-anak, terutama anak perempuan.
"Yang utama rantang khas, rantang mini yang warna-warni, karena tujuannya untuk berbagi. Istilahnya sebagai wujud syukur berbagi sesama teman-teman, itu karena biasanya anak-anak."
"Dan, isinya itu biasanya ketan, sama serondeng dan kadang tambah jajan pasar. Ya itu karena sebagai wujud syukur," kata Kang Said yang juga peneliti Filsafat dan Budaya di Kudus.
![]() |
Kang Said mengatakan ada sejarah sendiri terkait dengan tradisi golok-golok menthok tersebut. Tradisi tersebut berkaitan dengan anak-anak perempuan, yakni sebagai wujud semangat kebebasan perempuan.
"Dan, lebih utama tradisi golok-golok menthok adalah anak perempuan. Dari zaman sebelum diutus Kanjeng Nabi, kan perempuan tidak begitu dihormati, kurang mendapatkan perlakuan dan bahkan mendapatkan aib. Bahkan, sebelum Nabi Muhammad hadir itu bisa dibilang dunia Arab itu penuh dengan diskriminasi dengan perempuan," kata Kang Said.
"Sehingga, ada yang dikubur hidup - hidup, dibunuh. Kesadaran jahiliah perempuan sebagai aib," ujar Kang Said yang juga pengasuh Ponpes Riset Sains, Spiritual, Moderasi, dan Al-Quran yang terletak di Desa Ngembalrejo Kecamatan Bae, Kudus.
Said menyebut golok itu menyimpulkan istilah senjata tajam dan menthok itu berarti titik akhir. Maksudnya kata dia adalah zaman jahiliah penindasan kepada perempuan harus diakhiri.
"Maka kemudian Golok itu simbul senjata tajam atau pisau yang tajam, jadi maka menthok itu sampai menthok itu kan titik akhir. Jadi golok itu simbol pembunuhan terhadap perempuan zaman jahiliah harus diakhiri harus menthok, pembunuhan tidak ada lagi," kata Kang Said.
![]() |
"Diskriminasi tidak ada lagi. Maka para wali dulu menyampaikan melalui kuliner. Kuliner sebagai pesan sebagai media pesan yang ramah, islam yang toleran yang santun. Sehingga bagaimana menyampaikan pesan kenabian itu," dia menambahkan.
Dengan demikian, tradisi tersebut juga sebagai cara para wali untuk menyampaikan pesan bahwa Islam itu ramah dan damai. Tidak ada diskriminasi kepada para perempuan.
Kendati golok-golok menthok identik dengan perempuan, anak laki - laki juga bisa ikut merayakan tradisi tersebut.
"Sehingga, golok-golok menthok untuk menyampaikan pesan islam yang ramah dan mendalam dan masuk di dalam dada, dada itu hati. Masuk ke dalam hati. Islam membawa pesan ramah termasuk kepada perempuan. Dulu ada lagunya, golok-golok menthok bancakannya bocah wedok (golok-golok menthok hajatan untuk anak perempuan)," ujar dia.
Ditambahkan dia, di ponpesnya pun melaksanakan tradisi tersebut. Menurutnya ada sebanyak 15 santri yang mengikuti tradisi tersebut. Kemudian pada saat itu dia menjelaskan makna dan maksud terkait dengan tradisi golok-golok menthok.
"Jadi bagian dari nguri-nguri tradisi. Di ponpes saya sudah kami gelar dengan terbatas karena pandemi. Ada sebanyak belasan santri yang mengikuti tradisi golok-golok menthok," Kang Said menambahkan.
(rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol