Tato bagi Suku Dayak tidak sekadar seni lukis tubuh saja. Terdapat makna dan identitas di setiap lukisan di tubuh mereka.
Tato dan Suku Dayak adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Seni lukis tubuh ini telah ada sejak lama mendarah daging di Suku Dayak.
Itulah yang kami dengarkan saat Tim Tapal Batas detikcom bersama BRI datang ke Aruk, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Tato menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari Suku Dayak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tato sangat penting bagi Dayak karena menjadi lambang atau identitas diri. Seperti yang saya pakai ini, ini adalah tato yang menunjukan jika saya orang Dayak," ungkap pria yang akrab disapa Roy ini.
Roy merupakan salah satu seniman Dayak yang berjibaku mempertahankan dan melestarikan tradisi Dayak di era sekarang. Bersama dengan sangar yang mereka rintis bersama para seniman lain, Roy ingin tradisi Dayak tetap dikenal generasi mudanya.
"Tugas kita sekarang adalah bagaimana tradisi ini tidak hilang dan tetap dikenal generasi muda ke depannya. Karena inilah kita harus lestarikan," dia memaparkan.
Roy pun mengatakan pada zaman dahulu orang Dayak menggunakan arang sebagai tinta pembuat tato. Arang mereka tumbuk, kasih minyak dan air hingga mengental.
"Dulu menggunakan arang yang ditumbuk hingga halus dan dicampur dengan minyak dan air. Kalau sekarang kan sudah modern, sudah ada alat khususnya kan?"
Tidak sekadar seni lukis tubuh dan identitas saja. Tato bagi suku Dayak ternyata juga sebagai pelindung dari roh yang jahat.
"Tiap tato ada maknanya, seperti bunga terung yang melambangkan adanya kekuatan ghaib di dalam tubuh. Gunanya ini adalah sebagai pelindung dari roh jahat, atau penangkal," kata dia.
"Sama seperti yang di leher saya ini, melambangkan dinding sebagai pelindung tubuh. Pelindung saat kita berjalan jauh dari rumah," Roy menjelaskan.
Pemakaian tato ternyata tidak bisa asal-asalan dan tidak bisa dilakukan oleh semua orang. Jika dia melanggar pantangan terkait tato, hal sial akan menimpanya.
"Tidak semua orang Dayak memakai tato. Kita harus pikir beribukali bila ingin bertato. Karena jika sudah ditato, berarti kita harus yakin dan patuhi. Jika dilanggar ya ada resikonya," lanjutnya.
Semakin berkembangnya zaman, Roy dan sejawatnya sadar bahwa tato berpengaruh pada keberlanjutan generasi penerusnya. Mereka pun melarang kaula mudanya memiliki tato.
"Kami melarang anak-anak memakai tato. Karena kami ingin di zaman modern anak-anak tidak kesulitan nanti karena tato. Misalnya mereka ingin jadi PNS, polisi atau tentara kan tidak boleh bertato," tutupnya.
---
Ikuti terus jelajah Tapal Batas detikcom bersama BRI di tapalbatas.detik.com!
Simak video "Tato Dayak Aruk, Wujud Keindahan dan Filosofi Perjalanan"
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!