Bandung bakal punya ruang publik baru. Namanya Seke Genjer, berupa mata air yang kini sudah dipoles jadi lebih cantik. Penasaran?
Pemanfaatan mata air di Kota Bandung tidak hanya diambil dari kejernihan dan kebersihan airnya saja. Baru-baru ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung meresmikan Seke Genjer di Jalan Cigadung menjadi ruang terbuka publik atau taman.
Awalnya Seke Genjer ini dirawat oleh warga setempat. Kemudian Pemkot Bandung melakukan pembaruan dengan menyediakan tempat duduk dan desain klasik dengan konsep bentuk kolam seperti mata air di Bali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi hari ini kita melaunching satu tempat seke mata air yang ada di Cigadung, merevitalisasi seke-seke atau mata air yang ada di Kota Bandung. Selain bisa berfungsi kembali sebagai sumber air mudah-mudahan ke depan bisa menjadi ruang publik," kata Yana saat ditemui di lokasi, Senin (28/12/2020).
![]() |
Selain airnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, kata dia, bentuk yang dipercantik juga menjadi bonus agar bisa menjadi ruang publik untuk bersosialisasi antar masyarakat. Di sekitar seke juga ditambah beberapa fasilitas pendukung seperti kolam terapi, MCK, dan balkon serta kursi taman.
Kepala Dinas PU Kota Bandung Didi Ruswandi menambahkan, penataan Seke Genjer juga menjadi salah satu upaya konservasi air. Hingga saat ini, pihaknya telah merevitalisasi dua seke di Kota Bandung menjadi ruang publik.
"Di Babakan Siliwangi pun ada, kalau Seke Genjer prosesnya sekitar dua bulan dengan anggaran kurang dari Rp 200 juta. Kita harapkan ketika masyarakat sudah diperbolehkan untuk berkunjung bisa menjadi ruang sosial mereka," kata Didi.
![]() |
Apalagi saat pandemi COVID-19, kata dia, di Tokyo ruang publik menjadi salah satunya fasilitas yang dibuka saat lockdown. Itu karena ruang publik memiliki peran untuk menyehatkan secara fisik dan mental.
"Hanya saja, di kita tingkat kedisiplinannya masih rendah. Kalo di sana fasilitas itu dibuka dengan protokol kesehatan tetap dilakukan," ujarnya.
Tidak hanya desain dan bentuk yang diubah, resapan air pun ditambah dengan penanaman pohon bambu maranganani, ubi kuning, dan vetiver untuk penguatan tebing. "Jadi istilahnya infrastruktur hijau, bukan lagi menggunakan adukan semen," kata Didi.
Pihaknya mencatat, hingga saat ini ada 67 seke dari 167 (mata air) di Kota Bandung yang masih mengeluarkan air murni. "Kemarin 2017 disurvei 167 ternyata yang masih berfungsi hanya 67. Jadi seke ini bisa jadi indikator mengurangi kerusakan lingkungan selain membuka ruang terbuka publik," pungkasnya.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum