Cerita Keistimewaan Kain Tenun dari Desa Sukarara Lombok

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Cerita Keistimewaan Kain Tenun dari Desa Sukarara Lombok

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Senin, 25 Jan 2021 11:10 WIB
Kain tenun Desa Sukarara Lombok
Kain tenun Desa Sukarara, Lombok (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)
Mataram -

Desa Sukarara, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat memiliki ribuan penenun. Jika tiap rumah punya empat orang anggota perempuan maka di sana akan ada empat alat tenun.

"Rata-rata bikin kain tenunan ini dari tiga minggu sampai lima bulan. Harga Rp 300 ribu sampai jutaan," kata Rina, tukang tenun dari Desa Sukarara.

Penenun dari Lombok juga sedang hiatus di masa pandemi. Mereka kini seperti berlibur karena Festival Nyesek atau tenun besar-besaran tiap tahun juga ditiadakan pada tahun lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keadaan mereka semakin sulit kala turis sudah jarang berkunjung akibat pembatasan. Mereka kini hanya mengandalkan penjualan online di Facebook juga toko online lainnya.

Lombok punya tradisi menenun bagi wanita sejak berumur kurang dari 10 tahun. Konon, dahulu, jika wanita belum bisa menenun maka ia belum bisa menikah dan itu dianggap sebagai syarat utama.

ADVERTISEMENT

Dalam kunjungan bersama Kemenparekraf di minggu lalu, detikTravel bertemu penenun Desa Sukarara, Rina (24). Kata dia, hasil tenun dari desanya ini memiliki kualitas yang terbilang terbaik dari desa-desa lain di Lombok.

"Memang bahan kami sekarang diambil dari Bali. Tapi dulu kami membuat benangnya sendiri. Harga kain ini dari ratusan ribu sampai jutaan rupiah," kata Rina.

Rina dan mayoritas penduduk Desa Sukarara lain memiliki pekerjaan utama sebagai petani. Jadi, waktu luang lain dipergunakan untuk menenun.

Kain tenun Desa Sukarara LombokKain tenun Desa Sukarara Lombok (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)

"Kalau nyesek atau menenun bisa habis tiga minggu sampai lima bulan. Tergantung kerumitan," jelas Rina.

"Semakin rumit motifnya maka semakin banyak bilah kayu pemisah benangnya dan semakin berat alatnya," imbuh dia.

"Keistimewaan kami ini motifnya ada di kepala. Nggak meniru dari tenunan lain atau njiplak atau pakai motif gambar di kertas. Orisinil," imbuh dia.

Dalam sehari, para penenun wanita Desa Sukarara Lombok hanya istirahat di waktu salat zuhur dan ashar lalu berhenti kala maghrib tiba. Mereka biasanya mulai menenun setelah pukul 08.00 WITA.

Kain tenun Desa Sukarara LombokKain tenun Desa Sukarara Lombok (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)

Kain tenun dari Lombok terbatas lebarnya, hanya sekitar 45 centimeter saja. Namun panjangnya bisa tak terhingga dan kalau diperlebar juga bisa dengan menyambung dua kain serupa menggunakan mesin jahit.

Selanjutnya: Tiap Desa di Lombok Memiliki Kerajinan Tenun Sendiri

Lombok adalah salah satu destinasi penghasil kain tenun di Indonesia. Tiap desa memiliki kerajinan tenunnya sendiri.

Dikatakan Rina bahwa Desa Sukarara memiliki ribuan penenun. Jika tiap rumah punya empat orang anggota perempuan maka di sana akan ada empat alat tenun.

Dalam kesempatan ini, Menparekraf Sandiaga Uno ikut menjajal menenun. Melihat kesulitan yang ada, ia meminta agar turis yang membeli tak terlalu menawar hasil tenunan.

"Mandalika siap menyambut MotoGP, songket ini menampilkan produk produk terbaik nggak hanya dari tenunnya tapi juga dari kuliner dan bisa buka lapangan kerja yang cukup besar dan kita akan bantu dari akses pemasaran dan juga dari akses permodalannya yang fasilitasi melalui perbankan, non perbankan, baik bantuan pemerintah baik daerah maupun pusat," kata Sandi.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Turis Brasil Jatuh ke Jurang 200 Meter saat Mendaki Rinjani"
[Gambas:Video 20detik]
(msl/ddn)

Hide Ads