Di Papua, banyak dijual souvenir dari telur burung Kasuari yang sudah dihias. Tapi jangan harap bisa membawa souvenir ini pulang ke Jakarta karena dilarang.
Kasuari adalah burung soliter endemik Papua yang hanya berkumpul untuk berkembang biak. Burung Kasuari ini dikenal bertubuh besar, namun tidak dapat terbang.
Baca juga: Ini 2 Hewan Paling Berbahaya di Papua |
Kasuari betina bertelur antara 3 dan 8 butir. Telur ini berwarna hijau terang. Setelah bertelur di sarang serasah daun, kasuari betina kemudian meninggalkannya, untuk kemudian dierami kasuari jantan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasuari jantan akan mengerami telur di dalam sarang selama 50 - 52 hari. Dia akan terus melindungi anaknya selama kurang lebih sembilan bulan.
Telur kasuari sendiri berukuran rata-rata 9 x 14 cm, dengan berat mencapai 650 hingga 750 gram.
Sarang burung kasuari tersembunyi jauh di dalam hutan, sehingga telur kasuari sangat sulit ditemukan oleh para pemburu. Kalaupun ditemukan maka pemburu akan berhadapan dengan kasuari jantan yang siap menendang dengan kakinya.
Tenaganya yang besar serta kuku kaki yang tajam, membuat tendangan kaki burung kasuari sangat membahayakan bagi manusia.
Selama ini telur kasuari diburu untuk dikonsumsi atau cangkangnya dilukis untuk dijadikan souvenir khas Papua.
Suvenir telur kasuari kadang dijumpai di pasar seni Hamadi, Kota Jayapura atau beberapa artshop di Merauke. Namun setelah membeli telur kasuari berlukis ini, traveler jangan harap bisa membawanya ke Jakarta.
Baca juga: Angkot Mewah di Papua, Pakai Fortuner Cs |
Burung kasuari termasuk burung yang dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, sehingga burung kasuari hidup dan telurnya tidak boleh dibawa keluar dari Papua.
Burung kasuari hanya dapat dijumpai di Papua, untuk itu perlu dijaga kelestariannya. salah satunya dengan tidak mengkonsumsi telurnya maupun membeli produk kerajinan berbahan cangkang telur kasuari dan membawa pulang mereka untuk jadi hiasan di rumah.
---
Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol