Kisah Kerajaan Islam dari Kaimana, Papua Barat

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Kerajaan Islam dari Kaimana, Papua Barat

Hari Suroto - detikTravel
Minggu, 25 Apr 2021 20:18 WIB
Masjid Agung Baiturrahim Kaimana
Foto: Masjid Agung Baiturrahim Kaimana (Hari Suroto/Istimewa)
Kaimana -

Papua Barat menyimpan kisah tentang peradaban Islam. Salah satunya ada di Kaimana. Di sana pernah berdiri 2 kerajaan Islam yaitu Namatota dan Kumisi.

Kaimana, Papua Barat tak hanya memiliki keindahan alam, namun juga sejarah dan budaya. Secara adat, Kaimana terbagi menjadi dua kerajaan. Dalam bahasa setempat, kerajaan ini disebut pertuanan yang masing-masing dipimpin oleh seorang raja.

Dua pertuanan tersebut bernama Namatota dan Kumisi atau Sran. Wilayah Pertuanan Namatota meliputi Teluk Umar hingga Teluk Arguni dengan pusat pertuanan di Pulau Namatota. Sementara Pertuanan Kumisi berpusat di Pulau Adi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada masa lalu nenek moyang mereka sempat pergi dari Pulau Adi. Dari cerita turun-temurun, mereka yang tinggal di Pulau Adi diganggu oleh makhluk pemakan manusia.

Kondisi yang meresahkan penduduk ini membuat Raja Kumisi memindahkan rakyatnya ke Pulau Kilimala di sebelah timur Pulau Adi. Pada 1976, masyarakat Pertuanan Kumisi kembali ke Pulau Adi hingga sekarang.

ADVERTISEMENT

Masyarakat Kaimana masih menghormati raja dan teguh memegang adat. Raja sebagai pemangku hak ulayat dan hukum adat menjadi panutan. Titah raja menjadi hukum yang masih dipatuhi.

Mayoritas penduduk Pertuanan Kaimana beragama Islam. Tokoh yang membawa ajaran Islam pertama kali ke Kaimana adalah Imam Dzikir. Dia tinggal dan berdakwah di Borombouw pada 1405. Imam Dzikir menetap di Pulau Adi dan mengajarkan agama Islam yang kemudian diterima oleh keluarga kerajaan.

Penyebaran agama Islam di Kaimana juga kian meluas melalui interaksi masyarakat dengan pedagang muslim dari Aceh, Arab, Ternate, dan Tidore.

Penganut agama Islam di Pertuanan Kaimana semakin banyak setelah Naro'E menggantikan ayahnya, Nduvin, menjadi Raja Kumisi dengan gelar Raja Sran Kaimana V.

Pada saat itu, Naro'E yang memerintah pada 1898 sampai 1923, menikah dengan anak kepala suku di Kaimana, Papua. Pada masa pemerintahannya, pengaruh Islam di Kaimana semakin luas. Tradisi Islam tercermin dari penggunaaan alat musik rebana, pemakaian serban, dan tradisi Islam lainnya.


---
Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.




(wsw/wsw)

Hide Ads