Jakarta -
Sisa - sisa bangunan di era kolonial Belanda masih banyak berdiri di Kabupaten Blora. Salah satunya, bangunan bekas stasiun Blora. Sebagian besar struktur bangunan stasiun Blora terbuat dari kayu jati.
Hingga kini bangunan itu masih berdiri kokoh dan seolah menjadi saksi bisu perkembangan zaman. Pemerhati sejarah Blora, R.Ngt Widyasintha Himayanthi mengatakan, sejarah mencatat, Stasiun Blora mulai diresmikan pada 13 September 1894.
"Diresmikan tanggal 13 September 1894 di era Bupati RMAA. Tejokronegoro III," kata Shinta kepada detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Komplek stasiun Blora saat ini Foto: (Febrian Chandra/detikcom) |
Shinta mengatakan, adanya kereta api sebagai alat transportasi massal yang melewati Kabupaten Blora, menjadikannya sarana untuk mempercepat waktu tempuh perjalanan dan mempermudah arus mobilisasi rakyat Blora.
"Kala itu, kereta api tidak hanya sebagai alat transportasi untuk mengangkut manusia saja. Namun juga mengangkut hasil alam seperti kayu jati dan minyak yang sudah mulai banyak ditemukan sumur - sumur minyak di Kabupaten Blora," terangnya.
Peresmian stasiun kereta api yang dihadiri Bupati Blora RMAA. Tejokronegoro III pada tahun 1894 Foto: (Arsip keluarga) |
Dengan diangkutnya kayu Jati dan minyak menjadikan Kabupaten Blora dikenal hingga sekarang sebagai daerah penghasil kayu jati dengan kualitas terbaik dan kota penghasil minyak.
 Komplek stasiun Blora saat ini Foto: (Febrian Chandra/detikcom) |
Selanjutnya, Stasiun Blora pada tahun 1894 dan setelahnya
Sementara itu, Eka Wahyu Hidayat kasi kesejarahan dan keperpubakalaan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan Pariwisata (Dinporabudpar) mengatakan, Stasiun Blora dibangun oleh perusahaan kereta api SJS (Semarang Joana Stoomtram Maatschappij,) yang merupakan bagian dari pembangunan jalur kereta api Wirosari-Blora.
"Jalur ke Blora selesai pada tanggal 13 September 1894 dan mulai beroperasi mengangkut penumpang dan hasil hutan dari Cepu, Blora. Kemudian diangkut ke berbagai kota, Pada 1 November 1901 ke Jepara yang terkenal sebagai pusat industri kerajinan mebel," terangnya.
Sedangkan jalur kereta Blora - Rembang mulai dibuka pada tanggal 15 Juni 1902. Mulai saat itu, wilayah Blora menjadi salah satu rute strategis. Namun lambat laun era kejayaan kereta api yang melintas di Kabupaten Blora pun mulai terlihat redup. Hingga akhirnya, pada tahun 1987 Stasiun Blora mulai dinonaktifkan.
"Akhirnya pada tahun 1987 stasiun Blora resmi di nonaktifkan. Namun hingga sekarang aset dan bukti peninggalan masih banyak. Aset aset tersebut milik PT KAI," ungkapnya.
Eka mengatakan, salah satu penyebab penonaktifan stasiun Blora karena kalah bersaing dengan mobil pribadi dan angkutan umum. Sedangkan emplasemennya kini menjadi jalan raya (Jalan Pemuda).
Dia menerangkan, stasiun ini memiliki depo lokomotif dengan ornamen logo roda bersayap PJKA pada bagian gunungan atapnya. Bangunan utama stasiun kini menjadi kios.
"Komplek bangunan stasiun yang masih ada telah diinventarisir sebagai bangunan cagar budaya oleh BPCB Jateng dan Pemkab Blora dalam kegiatan inventarisasi cagar budaya tahun 2017," terangnya.
Saat ini di bangunan utama Stasiun Blora banyak berdiri warung - warung kopi dan sejenisnya.
Simak Video "Penampakan Sumber Air di Karanganyar yang Bisa Terbakar"
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol