Sebagai nelayan, Kartawijaya juga terkena dampak dari garis pantai yang kian mundur. Terutama berkaitan dengan aksesibilitas perahunya untuk melaut.
"Ekonomi makin ke mari makin merosot makin turun penghasilannya. Iya, melaut susah karena terutama keluar masuk muaranya sempit. Jadi, ombaknya nyetor banyak perahu kecelakaan. Hancur kena ombak, kegebuk kena kayu," ujar Kartawijaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, ombak yang kian dekat ke permukaan pantai juga menyulitkan Kartawijaya. Alhasil, ia jadi lebih jarang melaut karena ombak yang sering ganas.
"Pantai makin cepat mundurnya, habis. Kalau datangnya ombak gitu dalam sebulan tiga kali. Kadang seminggu, kadang tiga hari reda lagi ombaknya. Jadi baru bisa melaut masyarakat," ujar Kartawijaya.
Apabila cuaca sedang buruk, Kartawijaya juga kerap mengantarkan wisatawan yang ingin wisata ke Pantai Muara Beting. Soalnya, pantai itu hanya bisa dijangkau via jalur air saja.
Umumnya, wisatawan datang berwisata ke pantai saat weekend saja. Mayoritas masih warga lokal.
"Kalau yang ke pantai Sabtu Minggu masih banyak. Kalau hari biasa paling 10 perahuan, warga sini juga," kata dia.
Untuk biaya mengantarkan wisatawan, ia mematok tarif sekitar Rp 25 ribu rupiah PP. Sekiranya cukup sebagai nafkah tambahan di luar kegiatannya melaut.
(rdy/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!