"Kita punya wisata edukasi yakni perah susu kambing Ras Kaligesing atau dulu biasa disebut Kambing Ras Etawa. Kemudian ndewan gulo, yaitu proses membuat gula jawa atau aren," kata dia.
"Untuk wisata religi ada Makam Simbah Ngabei Sayid Syariffudin, Petilasan Carang Gesing dan Makam Nyi Talakbranta," paparnya.
Hasil bumi yang melimpah seperti cengkih, durian, hingga manggis menjadikan Kaligono semakin kaya. Setahun sekali, di desa ini biasanya digelar Gerebeg Durian, terlebih daerah Kaligesing merupakan sentra buah durian terbesar di Kabupaten Purworejo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun karena saat ini masih dalam masa pandemi COVID-19, event itu ditiadakan sementara, sedangkan pengunjung masih tetap bisa menikmati durian saat panen tiba antara bulan September hingga Februari.
Potensi lain yang dimiliki Desa Kaligono adalah wisata budaya seperti tari dolalak, soyar maole dan sruntul. Mungkin sudah banyak orang yang tahu tentang tarian dolalak yang juga menjadi ikon Kabupaten Purworejo, bahkan telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 16 Agustus 2019 lalu.
![]() |
Sementara soyar maole merupakan kesenian berupa tabuhan rebana Jawa yang diiringi puji-pujian untuk hiburan ketika penat bekerja seharian. Kini, soyar maole sering dijumpai pada acara pengajian.
Sedangkan sruntul bisa disebut teater tradisional atau bentuk sederhana dari ketoprak dengan iringan kendang, rebana serta angklung yang diiringi beberapa penembang. Cerita yang diambil adalah cerita babad panji asmarabangun atau kehidupan masyarakat desa.
"Sruntul itu dulu berkembang terakhir tahun 1949 di Dusun Kedungrante. Akhirnya ada pemberontakan G 30 S PKI kemudian dilarang. Baru di tahun 2020 mulai digali lagi dan menjadi potensi wisata di Kaligono," beber Agung.
Sebelum beranjak menuju obyek wisata lain, tak ada salahnya menengok aktivitas warga yang sedang mengolah buah kemukus yang juga merupakan hasil bumi andalan Desa Kaligono.
Salah satu warga yang ditemui saat merebus buah kemukus, Kadar (60) menuturkan, rempah-rempah yang satu ini biasa dijual warga ke kota untuk dijadikan bahan obat-obatan.
Dengan cekatan, kedua tangannya memasukkan buah kemukus ke dalam panci besar berisi air mendidih, mengaduk hingga meniriskannya. Panas dari api kayu bakar yang membara dari dalam tungku membuat peluh keringat terus menetes.
Pak Kadar adalah salah satu gambaran sosok penduduk desa yang terus semangat bergelut mengais rejeki di tengah pandemi.
"Sebelum dijemur direbus dulu. Setelah kering dijemur, nantinya dijual ke kota, biasanya untuk obat-obatan," tutur Kadar.
Selanjutnya, wisata alam dan lainnya di Dewi Kano >>>
Simak Video "Video: Kronologi Truk Oleng Tabrak Angkot di Purworejo, 11 Tewas"
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!