Banyuwangi tak cuma tentang KKN di Desa Penari. Ada juga kampung artistik yang penuh lukisan padahal dulunya kumuh.
Kampung Lukis di Banyuwangi menjadi salah satu destinasi yang dapat kamu sambangi ketika wisata ke Kota Gandrung. Kampung ini terletak di tengah kota, tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman, Panderejo.
Ketika detikcom singgah di Banyuwangi, kami tak sengaja menemukan kampung ini. Lokasinya berada di dalam gang, dengan palang nama yang menjorok masuk sehingga dari pinggir jalan utama tak akan terlihat.
Namun ketika melihat masuk ke dalam gang itu, mata dibuat takjub dengan warna-warni lukisan di tembok dan pagar rumah. Menariknya lagi, lantai kampung ini juga dihiasi batu sikat.
Hari masih pagi, sekitar pukul 07.00 WIB kami sampai di kampung itu. Tak banyak warga yang beraktivitas tetapi kami diarahkan untuk bertemu salah satu pendiri Kampung Lukis di rumahnya.
Akhirnya, kami bertemu dengan Sukirno Fajar, salah satu otak di balik kampung yang estetik ini. Sukirno mengatakan, kampung yang aslinya bernama Kampung Kaempuan itu bertransformasi menjadi Kampung Lukis sejak akhir 2016. Dulunya, kampung ini jauh dari kata indah, yang ada malah dikenal kumuh.
"Dulu dijuluki kampung kumuh karena banyak kombong (kandang) ayam di gang sampai kotor dan baunya kemana-mana," kata Sukirno.
Ide untuk merubah citra kampung hadir dari kelompok pemuda Kampung Kaempuan. Sukirno menjelaskan, sebenarnya kampung ini memiliki banyak potensi. Salah satunya ada sejumlah penduduk yang jago melukis. Selain itu, Kampung Kaempuan pada zaman Belanda juga menjadi tempat para mpu untuk membuat senjata seperti senapan.
Berkaca dari hal tersebut, para penduduk kampung mulai berbenah. Kampung mulai dibersihkan dan dilukis dengan berbagai tema, mulai dari gambar satwa, pemandangan alam, wayang hingga tradisi Banyuwangi.
Sebelum pandemi, Sukirno mengatakan ada banyak turis asing yang datang ke sana. Asalnya beragam mulai dari Eropa hingga Amerika Serikat.
"Bule sampai tidur di sini. Setiap hari ada 5-6 orang bule datang," ujarnya.
Mereka yang datang ke sana umumnya mengetahui Kampung Lukis dari media sosial dan google maps. Tak hanya wisata, banyak dari mereka yang belajar melukis dan melakukan riset karena yang datang umumnya mahasiswa hingga dosen.
"Sampai ada yang volunteer memberikan pelatihan bahasa Inggris dan Prancis karena banyak yang datang dari Prancis. Dampaknya luar biasa secara ekonomi dan kita juga jadi belajar budaya orang luar," kata dia.
Karena pandemi COVID-19, Kampung Lukis sempat tutup dan tak lagi dikunjungi turis asing. Sukirno berharap, dengan mulai teratasinya COVID-19, Kampung Lukis dapat kembali bergeliat.
"Harapannya tetap menggeliat. Setelah ini ada kunjungan bule sehingga bisa kita angkat ekonomi masyarakat. Karena turis asing itu sangat berpengaruh untuk ekonomi dan jadi corong kita untuk publikasi," tuturnya.
Simak Video "Menyelami Pesona Bawah Laut Pulau Tabuhan, Banyuwangi"
(pin/ddn)