Pada zaman Hindia Belanda, Kebayoran merupakan sebuah distrik besar yang memiliki kisah dan keunikannya sendiri.
Kebayoran, Jakarta Selatan. Itu dulu. Kini merupakan wilayah yang terbagi menjadi dua, yakni Kebayoran Lama dan Kebayoran Baru.
Sekarang, dua wilayah itu menjadi salah satu area tempat tinggal idaman di Jakarta. Juga, kawasan membangun bermacam bisnis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di zaman pemerintahan Hindia Belanda, Kebayoran ternyata merupakan sebuah distrik besar yang memiliki cerita dan keunikannya sendiri.
detikcom berkesempatan untuk menelusuri kisah dari Distrik Kebayoran bersama dengan Ngopi Jakarta yang dipimpin oleh Achmad Sofiyan dan Reyhan Biadillah melalui rangkaian walking tour edisi Kebayoran pada Sabtu (28/5/2022).
Berdasarkan paparan informasi yang diberikan, nama Kebayoran diperkirakan berasal dari dua kata yakni, kata Bayur yang berarti tanaman buah kelapa atau Baljuw, kata Bahasa Belanda yang berarti penarik pajak.
Nama Kebayoran pertama kali tercantum dalam peta pada tahun 1883 dan status wilayahnya kemudian diangkat menjadi distrik (setara kecamatan) pada tahun 1905.
Berikut adalah kisah dan spot menarik dari Distrik Kebayoran yang dibagikan oleh Tim Ngopi Jakarta:
Stasiun Kebayoran
Stasiun Kebayoran dibangun pada tahun 1899 oleh perusahaan Staatspoorentrem. Stasiun ini memiliki tiga jalur yang hingga kini masih berfungsi dengan baik. Sebelum mengalami beberapa kali renovasi, stasiun ini hanya terdiri atas bangunan satu lantai yang kental akan nuansa tempo dulu.
Bangunan awal dari Stasiun Kebayoran masih dapat ditemui di bagian barat stasiun. Posisi bangunan awal terlihat lebih rendah dibandingkan tanah di sekitarnya karena area sekitar telah mengalami pengecoran dan dinaikkan.
![]() |
Pasar Kebayoran
Pasar Kebayoran diperkirakan telah ada sejak sebelum tahun 1850. Karena pada masa itu, pusat aktivitas masyarakat di daerah pedalaman Jakarta berada di Kebayoran. Tidak hanya itu, sebelum berkembangnya transportasi darat, Kebayoran menjadi salah satu wilayah yang dilewati oleh alur pengiriman hasil komoditas yang melalui sungai Pesanggrahan dan Grogol.
Pada walking tour bersama Ngopi Jakarta di edisi Kebayoran ini, tim Ngopi Jakarta memberikan penjelasan sekaligus gambaran suasana pasar Kebayoran pada masa pemerintahan Hindia Belanda.
Masjid Jami Muyassarin
![]() |
Spot berikutnya yang dikunjungi adalah salah satu masjid tertua di Kebayoran, yaitu Masjid Jami Muyassarin. Masjid ini diperkirakan dibangun pada tahun 1780-an. Pada awal pembangunannya, masjid ini masih berupa musala dengan bentuk atap limas. Namun, masjid ini kemudian mengalami beberapa kali renovasi, yakni pada tahun 1850, 1948, 1960, dan 1994.
Pada masa sebelum kemerdekaan, masjid ini dipercaya menjadi salah satu titik penting penyebaran dan perkembangan agama Islam di wilayah Kebayoran. Masjid ini juga diyakini sebagai pusat dakwah Islam di Kebayoran. Selain itu, di wilayah sekitar masjid terdapat kampung yang dikenal dengan Kampung Penghulu Distrik Kebayoran.
Bekas Kantor Distrik Kebayoran
Perjalanan bersama Ngopi Jakarta berlanjut ke bekas kantor Distrik Kebayoran. Wilayah kantor tersebut kini menjadi area yang digunakan sebagai kantor Kelurahan Kebayoran Lama Utara.
Sayangnya, belum ditemukan adanya rekaman foto atau gambar yang menunjukkan bentuk bangunan kantor pada zaman pemerintahan Hindia Belanda.
Bekas Landhuis Gandaria
Kemudian, tim Ngopi Jakarta juga mengajak para peserta untuk menyambangi wilayah yang dulunya merupakan area landhuis Gandaria. Landhuis merupakan rumah klasik Belanda yang menjadi pusat administrasi tanah swasta yang dikelolanya atau ada pula yang menyebutnya sebagai villa peristirahatan tuan tanah pada zaman kolonial.
Salah satu area tanah swasta yang ada di Distrik Kebayoran adalah kawasan Gandaria. Lokasi landhuis Gandaria berada di dekat kantor Komisi Kejaksaan Republik Indonesia. Letak pasti bangunan landhuis tidak diketahui, karena bangunannya yang sudah lama hilang.
Namun, menurut tim Ngojak, di sekitar kantor Komis Kejaksaan Republik Indonesia, terdapat sebuah area lahan yang hingga saat ini tidak difungsikan, lahan ini disinyalir sebagai lahan bekas keberadaan landhuis Gandaria.
Baca juga: Asal Muasal Persija Ada di Stadion Ini |
Taman Puring
Perhentian walking tour selanjutnya adalah area taman dan pasar Puring. Di sini tim Ngojak menceritakan mengenai perkembangan pasar dan juga sekilas mengenai taman. Pasar yang kini dikenal sebagai pasar loak Taman Puring ternyata sudah berdiri sejak sekitar tahun 1960-an.
Pasar Mayestik
Kisah selanjutnya dalam perjalanan Ngopi Jakarta berasal dari Pasar Mayestik. Pasar modern Mayestik kini dikenal sebagai salah satu pusat tekstil di Jakarta. Namun, keberadaan pasar ini ternyata diawali oleh pembangunan gedung bioskop yang bernama Bioskop Mayestik pada tahun 1950. Keberadaan bioskop kemudian memicu geliat ekonomi dan membuat area di sekitar bioskop diisi oleh berbagai toko.
Pada tahun 2010, bangunan lama pasar Mayestik akhirnya direnovasi dan berganti menjadi bangunan pasar modern dengan empat lantai. Salah satu toko yang mengisi pasar Mayestik sejak dulu adalah toko depot Khong Guan. Kini, depot tersebut berkembang menjadi Khong Guan Mart yang dapat ditemui di bagian luar pasar.
Bekas Sekolah Olahraga
Setelah melihat bagian luar pasar dan mengunjungi Khong Guan Mart, perhentian singkat selanjutnya adalah gedung sekolah Labschool. Gedung ini telah berdiri sejak tahun 1968 dan merupakan sekolah olahraga atau sekolah teladan yang ditujukan sebagai sekolah laboratorium untuk mahasiswa IKIP Jakarta (kini menjadi Universitas Negeri Jakarta).
Makam Dai Sejuta Umat
![]() |
Perjalanan walking tour bersama Ngopi Jakarta melakukan kunjungan sekaligus beristirahat di masjid yang dikembangkan oleh seorang dai kondang Indonesia, Almarhum KH Zainuddin MZ, yaitu Masjid Jami Fajrul Islam. Masjid ini terletak di Jalan Gandaria I, Gang H. Aom, Kelurahan Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Di bagian belakang masjid, terdapat area makam dari Dai Sejuta Umat, Almarhum KH Zainuddin MZ beserta sang istri, almarhumah Hj. Siti Kholilah. Masjid ini menjadi salah satu spot menarik, terutama bagi peserta dan pengunjung yang tumbuh bersama dakwah-dakwah dari Sang Dai. Masjid dan area makam ini terbuka bagi siapapun yang ingin berkunjung dan berziarah.
Transmiter Radio Pertama di Jakarta
![]() |
Kemudian perjalanan walking tour dilanjutkan ke daerah Radio Dalam. Di destinasi ini, tim Ngopi Jakarta menceritakan toponimi atau asal usul penamaan dari wilayah Radio Dalam. Di dalam gapura Jalan Radio Dalam Raya Nomor 25, Gandaria Utara, Kebayoran Baru, terdapat sebuah bangunan bernuansa jadul. Bangunan ini ternyata merupakan transmitter radio pertama yang ada di Jakarta.
Transmitter ini dibangun pada awal tahun 1930 sebagai pelengkap transmitter radio yang ada di kaki Gunung Malabar. Transmitter ini kemudian terus digunakan sebagai pemancar untuk Radio Republik Indonesia (RRI). Keberadaan bangunan transmitter radio inilah yang menjadikan wilayah ini dikenal sebagai wilayah Radio Dalam.
Makam Ki Togog
Selanjutnya peserta walking tour diajak untuk berkunjung ke Makam Ki Togog atau Ki Sobir. Menurut penuturan tim Ngojak, konon nama daerah Petogogan berasal dari nama Ki Togog, seorang tokoh terkenal di daerah setempat.
Nama tokoh ini yang menjadikan warga lain menyebut daerah tempat tinggalnya sebagai daerah si Togog, yang kemudian berkembang menjadi Petogogan.
Sejauh ini, belum ditemukan literatur sejarah yang mendukung kisah tersebut. Namun, kisah ini kerap dituturkan dan menjadi legenda di wilayah setempat.
Gereja & Taman Barito
Destinasi sekaligus perhentian terakhir dari Ngojak edisi Distrik Kebayoran adalah Gereja dan Taman Barito. Setelah menjelajah sekitar Kebayoran selama kurang lebih lima jam, peserta walking tour beristirahat dan berbagi cerita di Taman Barito.
Taman Barito atau Taman Ayodya merupakan taman kota dengan area cukup luas yang ada di Jakarta Selatan. Taman ini terbuka untuk umum dan cocok dikunjungi oleh semua kalangan. Sehingga taman ini juga menjadi tempat yang tepat untuk menutup perjalanan penjelajahan yang cukup panjang bersama Ngopi Jakarta.
Itulah kisah-kisah sejarah singkat dari beberapa tempat menarik yang ada di Distrik Kebayoran. Tempat-tempat ini dapat dikunjungi dengan leluasa oleh siapapun. Sehingga bagi travelers yang ingin mengunjungi salah satu lokasi, travelers tidak perlu khawatir karena semua area terbuka untuk umum.
(fem/)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan