Ada sebuah kampung 'mati' di Sukabumi. Kampung itu kondisinya kosong melompong ditinggalkan warganya akibat dilanda bencana. Seperti apa kisahnya?
Kampung 'mati' itu bernama Sukawayana, tepatnya di RT 02 RW 02, Desa/Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi. Sejumlah warga yang tinggal di kampung itu mengungsi pasca terjadinya bencana pergeseran tanah pada Maret 2022 silam.
Kala itu, ada sekitar 39 rumah mengalami kerusakan, 14 rumah rusak berat dan 25 rumah rusak ringan tidak hanya di Kampung Sukawayana, pergerakan tanah itu juga terjadi di Kampung Legok Peuteuy.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kabar yang diperoleh detikJabar, kondisi paling parah dialami warga di Kampung Sukawayana. Ada 6 KK yang terpaksa mengungsi karena rumah mereka tidak layak lagi ditinggali, satu persatu warga meninggalkan kampung mereka. Alhasil, sebagian Sukawayana bak kampung mati.
"Itu warga karena mereka itu tidak ada di rumahnya masing-masing, sebagian itu juga karena mereka itu kebingungan karena rumah mereka itu belum ada perbaikan sama sekali," kata Bayu ketua RT setempat saat ditemui detikJabar, Rabu (21/9/2022).
Dari informasi yang diperoleh, sejumlah bantuan datang mengalir ke perkampungan warga. Bantuan berupa sembako dan kebutuhan darurat warga saat itu terpenuhi, namun untuk perbaikan hingga kini belum ada bantuan yang turun ke warga.
"Mereka (warga) itu istilahnya memohon meminta khususnya kepada saya selaku RT untuk mengajukan bantuan seperti untuk membangun kembali apakah berupa pasir atau semen karena kan mungkin bisa nantinya dimusyawarahkan dengan warga terkait kebutuhan perbaikan," ungkapnya.
![]() |
Sejumlah awak media sempat menapaki satu per satu rumah, tidak terlihat satupun warga di lokasi tersebut. Tampak rumput liar bermunculan di jalan setapak dan halaman rumah-rumah warga. Kondisi rumah yang rusak diantaranya dinding yang retak bahkan nyaris ambruk.
"Karena kalau masalah pergerakan tanah itu saya rasa itu sudah tidak ada sekarang alhamdulillah aman, saluran air sudah diperbaiki itu dari atas sampai bawah sudah mengalir. Alhamdulillah sekarang sudah dibikin saluran air, aman untuk saat ini, cuma yang dipermasalahkan itu warga saya sendiri belum bisa kembali karena rumah mereka itu rusak, apalagi yang rusak total," lirih Bayu.
"Yang parahnya 6 KK, yang retak-retak banyak, yang ditinggalkan itu ada 6 rumah. Mereka sebelumnya ada yang mengontrak, ada yang punya warung. Intinya saat ini bagaimana caranya bisa memperbaiki rumah mereka kembali, sedangkan bantuan itu tidak ada sama sekali, khususnya untuk membangun kembali," sambungnya.
----
Artikel ini telah naik di detikJabar dan bisa dibaca selengkapnya di sini.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol