Savana Tianyar di Pulau Dewata adalah fenomena tersendiri. Seperti bukan di Bali, cuaca dan suasana di sana lebih mirip di Sumbawa atau bagian NTT lainnya.
Keadaan di bagian Bali utara memang terbilang lebih kering atau lebih tandus dari bagian selatan. Semua itu didukung dengan padang sabana yang tetap kering meski kami datang di musim penghujan.
Tapi, perlu dicatat bahwa destinasi bukan sepenuhnya tempat wisata. Bau tai sapi juga kuda sangat menyengat di sini dan lahannya sudah digerus oleh penambangan pasir juga batu.
Jadi, Savana Tianyar Bali yang berlokasi di Kubu, Kabupaten Karangasem mungkin memudar pesonanya lambat laun karena lanskap yang tak lagi alami. Lembag di bawah Gunung Agung itu akan bolong-bolong karena digerus penambangan.
Saat kami ke Savana Tianyar Bali, pegunungan yang jadi latar tidak terlihat. Semua tertutup awan tebal karena kami datang di akhir tahun 2022 lalu.
Hanya terlihat hutan dari Savana Tianyar itu. Laut Bali terlihat dari destinasi ini dan beberapa kapal berlalu lalang pada sore itu.
Tiada tiket masuk di Savana Tianyar Bali. Traveler hanya akan ditarik tiket masuk sukarela jika memasuki pekarangan warga dengan plang "Dilarang Cari Jangkrik, Denda Rp 200.000".
Apa yang menarik dari Savana Tianyar Bali selain hal di atas, kami rasa tidak ada. Saat kami datang hanya ada beberapa traveler yang sibuk berfoto dan truk terbuka yang mondar mandir mengambil barang tambang.
Selain itu, Savana Tianyar Bali juga belum memiliki fasilitas wisata apapun. Traveler tak bisa membeli makanan-minuman ringan karena tak ada warung atau jika ingin buang air harus ke rumah-rumah warga.
Jika ke sana, bawalah kursi dan meja sendiri untuk diisi dengan makanan-minuman yang juga dibawa sendiri. Hati-hati jika ada sapi mengamuk ya...
Simak Video "Video: Acara HUT Bhayangkara di Bali, Kapolda Unjuk Gigi Kemampuan Kempo"
(msl/fem)