Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Senin, 06 Feb 2023 23:00 WIB

DOMESTIC DESTINATIONS

Kisah Watu Nganten dan Pantangan Menikah Antara Warga 2 Desa di Blora

Watu ngantendi pinggir permakaman umum Dukuh Ngelobener, Kelurahan Jepon, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, Sabtu (4/2/2023).
Foto: Watu Nganten di Blora (Achmad Niam Jamil/detikJateng)
Blora -

Watu Nganten atau Batu Pengantin di Blora diyakini sakral oleh sebagian masyarakat. Ada mitos dan pantangan yang masih dipercaya sampai sekarang. Apa itu?

Ada cerita rakyat di balik keberadaan Watu Nganten, yaitu tentang sepasang pengantin baru yang dikutuk menjadi batu karena buang hajat sembarangan.

Situs Watu Nganten ini berada di pinggir permakaman umum di Dukuh Ngelobener, Kelurahan Jepon, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora. Oleh warga sekitar, batu di bawah pohon beringin itu dibuatkan naungan sederhana berpilar kayu dan beratap genting.

Ada lima kendi di dekat Watu Nganten itu. Tiga kendi terletak di atas batu kumbung. Dua kendi lainnya berada di bawah, salah satunya dalam kondisi pecah.

Ketua RW setempat, Japar mengatakan ada cerita bahwa Batu Nganten itu awalnya adalah dua sejoli yang baru menikah. Mempelai wanitanya dari Desa Brumbung, Kecamatan Jepon, Blora. Adapun mempelai prianya dari Dukuh Ngelobener, Jepon, Blora.

Ditemui di rumahnya, Japar menceritakan pernikahan itu diselenggarakan di rumah mempelai wanita. Setelah itu, sepekan kemudian akan diadakan acara ngunduh mantu di rumah pihak lelaki.

Di tengah perjalanan pulang dari rumah istrinya itulah si pengantin pria buang air sembarangan.

"Menurut adat Jawa, pengantin setelah sepasar (lima hari) dipulangkan ke rumah orang tua laki-laki. Mereka tidak diantar, tapi pulang sendiri. Kemudian istirahat di situ dan pipis. Tiba-tiba hilang dan menjadi batu," kata Japar.

Meski tidak bisa memastikan kebenaran cerita turun-temurun itu, Japar berujar, hingga kini ada kepercayaan, bahwa tidak diperkenankan ada pernikahan antara warga Desa Brumbung dengan warga Dukuh Ngelobener, Kelurahan Jepon.

"Menurut orang sepuh melarang," ujar Japar.

Dia menambahkan, Watu Nganten hingga kini dikenal sebagai tempat yang sakral untuk menghormati leluhur. Setiap tahun, warga menggelar hajatan di Watu Nganten bersamaan dengan acara sedekah.

"Tempat itu dipakai bancakan (kenduri), tegas deso (sedekah bumi)," pungkas Japar.


-----

Artikel ini telah naik di detikJateng dan bisa dibaca selengkapnya di sini.



Simak Video "Jokowi Tinjau Pasar Mendenrejo Blora Jelang Puasa: Harga-harga Baik"
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/wsw)
BERITA TERKAIT
BACA JUGA