Jejak Toleransi Itu Tercermin Pada Gapura Makam Sunan Pandanaran

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Jejak Toleransi Itu Tercermin Pada Gapura Makam Sunan Pandanaran

Achmad Hussein Syauqi - detikTravel
Minggu, 26 Mar 2023 20:04 WIB
Gapura-gapura model Candi Bentar atau masa Hindu di makam Sunan Pandanaran. Foto diunggah Jumat (24/3/2023).
Foto: Gapura di Makam Sunan Pandanaran (Achmad Hussein Syauqi/detikJateng)
Klaten -

Jejak toleransi antar umat beragama tercermin pada peninggalan gapura Makam Sunan Pandanaran di Klaten, Jawa Tengah. Bagaimana kisahnya?

Makam Sunan Pandanaran atau Sunan Bayat yang terletak di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten merupakan salah satu destinasi wisata religi populer di Jawa Tengah. Kompleks makam tersebut tidak hanya menyisakan jejak sejarah penyebaran agama Islam tetapi juga kuatnya toleransi beragama.

Jejak toleransi beragama yang tinggi bisa dilihat dari gapura di kompleks makam ulama besar tersebut yang mengadopsi bentuk candi terbelah (model Candi Bentar Jawa Timur) dan model Mataraman. Ada 8 gapura di kawasan pemakaman kuno itu yang ditata berurutan sebagai jalur pintu masuk menuju makam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gapura pertama bernama gapura Segara Muncar berada di paling bawah, di lahan parkir area wisata tersebut. Gapura itu berbentuk Candi Bentar dengan bahan blok-blok batu putih dan berornamen di sudutnya.

Gapura bertinggi sekitar 3-4 meter itu masih terlihat utuh. Tengah gapura masih digunakan masyarakat melintas meskipun sudah dibuat gapura baru di sisi timurnya.

ADVERTISEMENT

Di utara Gapura Segara Muncar, terdapat gapura sejenis dengan nama Gapura Duda yang berbahan batu putih campuran batu bata merah. Satu sisi gapura masih merupakan bangunan asli dengan lubang-lubang korosif di batu putih dan batu batanya.

Lepas dari Gapura Duda, setelah menaiki puluhan anak tangga, terdapat Gapura Pangrantunan di halaman pertama makam. Gapura tersebut sama dengan gapura Segara Muncar, baik bentuk maupun bahannya.

Setelah melewati Gapura Pangrantunan, terdapat Gapura Sinaga model Mataram beratap dan diplester tembok setinggi sekitar 3 meter. Gapura tersebut berbentuk paduraksa, bukan lagi berbentuk candi bentar.

Setelah Gapura Sinaga, terdapat Gapura Panemut dan Gapura Pamuncar. Dua gapura tersebut sama bentuk dan bahannya dengan Gapura Segara Muncar dan Pangrantunan, tetapi lebih jauh lebih menjulang tinggi sekitar 7 meter yang tampak indah.

Semakin mendekati gedong utama makam Sunan Pandanaran (gedong inten), masih terdapat gapura Bale Kencur dan Prabayaksa. Gapura bertembok itu sama dengan gapura Sinaga berbentuk paduraksa tetapi memiliki pintu.

Hermawan, salah seorang juru kunci makam menyatakan gapura di kompleks makam tersebut masih mengadopsi gaya era Hindu. Terutama 5 gapura utama.

"Dari gapura Segara Muncar, Duda, Pangrantunan, Panemut dan Pamuncar itu membuktikan Kanjeng Sunan menghargai masyarakat yang beragama Hindu, seperti di Makam Sunan Kudus, sehingga toleransinya tinggi," papar Hermawan di lokasi.

Kompleks makam pernah dibangun besar-besaran oleh Sultan Agung, raja Mataram Islam terbesar. Namun gapura-gapura budaya Hindu itu tidak dihilangkan dan tetap dipertahankan.

"Yang bangun memang Sultan Agung tapi semua yang lama masih dipertahankan, hanya dibangun Gapura Bale Kencur dan Prabayaksa sudah bercampur budaya Islam. Pernah dirawat juga oleh Petugas Cagar Budaya tahun 1978," ungkap Hermawan.

Petugas perawatan dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah X, Saptono menjelaskan total ada 8 gapura sepanjang jalan ke makam Sunan Pandanaran. 5 di antaranya gapura model masa Hindu dan Mataraman.

"Ada 5 gapura lama (Hindu) dan model Mataraman ada 3 sehingga total ada 8. Gapura Mataraman itu dibangun Sultan Agung karena Sunan Pandanaran orang yang diagungkan kerajaan tapi meskipun dibangun gapura lama dari pengaruh Hindu tetap dipertahankan," kata Saptono.


-----

Artikel ini telah naik di detikJateng dan bisa dibaca selengkapnya di sini




(wsw/wsw)

Hide Ads