Kisah Abuya Armin, Sang Penyebar Agama Islam di Pandeglang

Aris Rivaldo - detikTravel
Senin, 10 Apr 2023 18:15 WIB
Foto: Makam Abuya Armin di Pandeglang (Aris Rivaldo/detikcom)
Pandeglang -

Sejak dulu hingga sekarang, Banten terkenal dengan wilayah religius. Tak heran banyak kyai besar lahir di Banten. Salah satunya Abuya Armin, ini kisahnya:

Ulama atau Kyai di Banten berperan sangat signifikan dalam menyebarkan siar Islam di tanah jawara. Kyai atau ulama di Banten juga tersebar di beberapa wilayah seperti di Kabupaten Pandeglang, contohnya Abuya Armin Cibuntu Pandeglang.

Pancaran Cahaya Hikmah Abuya Hasan Armin yang ditulis oleh salah satu guru besar di Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Mufti Ali dan KH Soleh Rosyad menjelaskan tentang perjalanan Abuya yang memiliki nama lengkap KH Muhamad Armin.

Abuya Armin lahir di Desa Koranji, Kecamatan Menes atau sekarang menjadi Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pandeglang pada tahun 1880 Masehi. Ia merupakan anak dari pasangan HM. Tohir asal Kadu Jami dan ibu bernama Hj. Siti Sofiah berasal dari Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang.

Menginjak usia 5 tahun ibunya meninggal dunia. Pada saat kecil, Abuya Armin dipanggil 'Muhamad Armin'. Teman-teman di pesantren memanggilnya 'Armin'. Penambahan nama 'Hasan' merupakan hadiah dari gurunya. Namanya pun menjadi KH Muhamad Hasan Armin.

Abuya Hasan Armin berguru kepada KH Hasan asal Lekong, Banten yang sudah lama tinggal di Mekkah, Arab Saudi. Gurunya terkesan atas kelebihan yang dimiliki oleh Abuya Armin. Berkat kepintaran yang dimilikinya tak salah jika KH Hasan menunjuknya sebagai asisten.

Diceritakan dalam buku tersebut, setelah Shalat Dzuhur gurunya memanggil Abuya Armin. Dalam pertemuan itu ialah pembicaraan mengenai perubahan nama 'Muhamad Armin' menjadi 'Muhammad Hasan Armin'

Nama itu nisbat kepada gurunya KH Hasan. Gurunya memberikan nama Hasan sebagai bentuk penghargaan guru kepada murid. Pada sore hari, nama itu diumumkan kepada para santrinya.

"Sore hari digelar upacara perubahan nama KH Muhamad Armin di depan seluruh santri KH. Hasan," dikutip dari buku Pancaran Cahaya Hikmah, Minggu (9/4/23).

Kisah tersebut juga dibenarkan oleh cucunya Abuya Armin, H. Heri. Heri mengatakan kakenya malang melintang di tanah Arab untuk menambah pengetahuan tentang ilmu keagamaan. Di Mekkah, ia berguru kepada KH Hasan. Gurunya memberikan nama Hasan kepada kakeknya atas keilmuan dan kecerdasan yang dimiliki.

"Hasan itu tambahan dari gurunya KH Hasan asal Lekong, Banten kepada Abah (Abuya Armin)," katanya saat berbincang dengan detikcom di rumah pribadinya di Cibuntu-Pandeglang.

Cucu Abuya Armin, H Heri Foto: Aris Rivaldo/detikcom

Setelah perjalanan panjang menimba ilmu selama 17 tahun di tanah Arab seperti, Mesir, Palestina, Siria, Libanon, Yordania, Turki, Qatar, Bahrain dan Irak. Kemudian Abuya Armin pulang kembali ke Cibuntu, Desa Sekong, Kecamatan Cimanuk-Pandeglang. Di Cibuntu, kemudian ia mendirikan pondok pesantren.

Pada masanya banyak ratusan santri yang belajar kepada-nya. Proses belajar yang diberikan oleh Abuya Armin juga bisa dinikmati oleh masyarakat.

Banyak beberapa jamaah dari luar daerah yang mengikuti pembelajaran agama di pondok pesantren tersebut. Abuya mengajarkan banyak pelajaran kepada para santri, seperti kitab, Tafsir Al Qur'an hingga Tarekat Naqsyabandiyah.

"Ratusan santri belajar kitab, tafsir Al-Quran. Tarekat Naqsyabandiyah tiap malam Jum'at. Ka tampi sadanyana anu bade ngiring bae, (Diterima semuanya yang mau ikut)," ungkap Heri.

Potret Abuya Armin, penyebar agama Islam di Pandeglang Foto: Aris Rivaldo/detikcom

Heri mengatakan banyak tokoh-tokoh besar yang sering berkunjung ke Abuya Armin. Tokoh tersebut mulai dari Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno, Wakil Presiden pertama Mohamad Hatta, Soeharto Presiden ke dua, dan Ali Sadikin Gubernur DKI Jakarta.

Menurutnya, kedatangan para tokoh tersebut ke Cibuntu untuk meminta nasihat atau petunjuk atau hanya sekedar bersilaturahmi. Heri menyebut para tokoh-tokoh tersebut merupakan teman seperjuangan kakek-nya.

"Mereka teman-teman seperjuangan, datang silaturahmi," katanya.

Pada 30 November 1988 Abuya menghembuskan napas terakhirnya di usia ke 108 tahun. Ia dikebumikan di komplek pesantren. Makamnya berada di bagian depan masjid yang dia bangun sendiri.

Berkat jasanya dalam memberikan ajaran agama Islam ke seluruh masyarakat di Pandeglang, sampai saat ini makamnya selalu ramai dihadiri oleh para peziarah.

"Masih seer anu ziarah, malam Jum'at rame nu ziarah,(Masih banyak yang ziarah, malam Jum'at ramai yang ziarah)," tutupnya.



Simak Video "Video: 47 Pelajar di Pandeglang Diamankan Usai Konvoi Kelulusan Bawa Sajam"

(wsw/wsw)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork