Masjid Angke berusia lebih dari 250 tahun, namun bangunannya berdiri kokoh. Di bagian lantai atas dulunya berfungsi untuk mengamati gerak-gerik Belanda.
Masjid Angke atau yang memiliki nama lain yakni Masjid Al Anwar, adalah salah satu masjid tua di daerah Angke. Bahkan masjid ini berusia lebih dari 250 tahun yang dibangun pada tahun 1718. Hingga saat ini bangunannya masih kokoh.
Yang menarik dari masjid ini adalah arsitektur bangunan masjid yang unik dengan memadukan berbagai unsur budaya. Juga, masjid ini memiliki lantai dua yang dapat dinaiki dengan anak tangga.
Menurut Ketua Bidang Sejarah dan Bangunan Masjid Angke, Abyan Abdillah, saat ditemui detikTravel, Sabtu (15/4/2023) lantai dua ini semacam loteng yang beralas kayu yang merupakan kayu asli sejak awal pembangunan. Walau telah ada sejak lama, tapi bagian lantai dua itu tetap dapat dinaiki oleh pengunjung.
Untuk menaikinya, kami mesti naik anak tangga terlebih dulu. Terdapat dua bagian anak tangga yang cukup tinggi dan cukup curam.
Namun tidak usah khawatir, karena kayu pada tangga ini cukup kokoh dan solid. Untuk berada di lantai atas, kuota yang diperbolehkan hanya tiga orang secara bersamaan.
Bagian atas masjid ini juga memiliki sejarah dan ceritanya tersendiri. Dulunya spot ini jadi tempat muazin mengumandangkan adzan ketika waktu salat tiba, khususnya saat mereka belum memiliki pengeras suara.
Selain itu, karena masjid ini telah berusia lebih dua abad, masjid ini juga saksi bisu sejarah perjuangan masyarakat Kampung Angke melawan kolonialisme Belanda. Dikisahkan, spot ini juga jadi salah satu tempat bagi masyarakat untuk melihat area sekitar kampung ketika era perang dahulu.
"Lantai atas ini dulunya difungsikan untuk mengumandangkan adzan, karena belum ada pengeras suara. Selain itu juga digunakan untuk melihat atau memantau sekeliling kampung. Apalagi pada zaman peperangan, kalau ada musuh atau apa keliatan. Tapi sekarang sudah tidak digunakan lagi, cuman dijadikan monumen," tutur Abyan.
Walau sudah tidak digunakan, detikTravel memanfaatkan kesempatan berkunjung ke sini untuk turut menaiki lantai atas tersebut. Menaiki anak tangga, kami mesti berhati-hati dan menaikinya dengan bergantian. Karena selain tangga cukup curam, juga tidak ada alat bantu untuk menaiki tangga ini.
Berada di atas, lantai kayu pada area tersebut masih mampu menampung kami. Terasa lantai kayu penuh debu, tanda spot satu ini jarang didatangi. Selain itu terdapat pengeras suara yang telah dipasangkan di atas sini.
Dari atas sini terlihat area perkampungan sekitar, walau saat ini suasana sekitar masjid sudah dipenuhi rumah dan bangunan yang padat. Namun diceritakan dulu daerah sekitar masjid tidak sepadat seperti saat ini, sehingga dapat lebih leluasa memantau aktivitas yang tak biasa dari penyusup atau musuh perang.
Simak Video "Menelusuri Kemegahan Masjid Baiturrahman yang Mengagumkan, Aceh"
(wkn/sym)