Ada sebuah desa unik di Sidoarjo, Jawa Timur. Di desa itu, sama sekali tidak ada penjual nasi. Masyarakat percaya itu bisa membawa sial. Bagaimana kisahnya?
Desa Randegan jadi satu-satunya desa di Sidoarjo yang tak ada penjual nasi. Jika melewati jalan di sepanjang Desa Randegan, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, jangan harap Anda bisa menemui warung makan atau restoran yang menjual nasi dan beragam jenis olahannya.
Kalaupun ada, warung itu cuma menjual lontong. Lontong tahu misalnya. Sama sekali tidak ada warung makan yang menjual nasi di desa tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penjual nasi rawon, nasi soto, nasi campur, hingga nasi goreng, sama sekali tidak akan bisa traveler temukan di Desa Randegan.
Sebagaimana pantauan Tim detikJatim di sepanjang jalan dari arah Tanggulangin hingga Tulangan di desa tersebut, memang ada sejumlah warung yang ditemukan, tapi tidak satu pun yang menjual nasi. Ada warung lontong tahu, ada juga warung lontong mie, tapi tidak ada warung nasi.
Bagi orang yang sekadar lewat, mungkin tidak begitu menyadari keganjilan ini. Tetapi bagi warga pendatang yang tinggal di desa itu, tidak adanya warung atau pedagang yang menjual makanan olahan nasi pasti akan menjadi pertanyaan besar.
Sholkan, warga RT 3, RW 1, Desa Randegan mengakui bahwa warga Desa Randegan yang berdagang memang enggan menjual makanan olahan nasi. Ada kepercayaan yang masih diyakini warga desa setempat secara turun-temurun. Jika ada yang nekat jualan nasi, maka niscaya akan membawa sial.
"Memang benar bahwa warga Desa Randegan sampai saat tidak ada yang berjualan nasi, karena berjualan nasi (dipercaya) akan membawa sial kehidupan warga," kata Solkhan yang berjualan lontong tahu saat ditemui di warungnya, Senin (28/8/2023) kemarin.
Hal yang sama juga disampaikan oleh warga RT 1, RW 1 Desa Randegan yang merupakan pemilik warung Lontong Lodeh Mbak Anik. Menurut Anik, larangan itu sudah berlangsung secara turun temurun.
Dia mengetahui cerita larangan menjual nasi di Desa Randegan itu dari neneknya. Tidak hanya itu, warga setempat juga dilarang menjual rujak ulek.
"Menurut ceritanya apabila ada yang berjualan nasi kehidupannya akan sial terus, bahkan rumah tangganya tidak harmonis," kata Anik.
Anik percaya pantangan itu tidak boleh dilanggar. Dia tetap patuh dengan kepercayaan itu agar mendapat rezeki yang barokah.
"Karena ada pantangan itu saya tidak berani melanggar. Kami berjualan ingin mendapatkan keselamatan dan rezeki yang barokah," tukasnya.
------
Artikel ini telah naik di detikJatim.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol