Di Gang Sosrowijayan, yang terkenal dengan 1000 penginapannya, ada satu penginapan ikonik. Menjadi saksi bisu sejarah gang turis di Yogyakarta hingga kini.
Penginapan itu Homestay Bu Purwo. Lokasinya berada di Gang 1 Sosrowijayan Wetan.
Homestay Bu Purwo telah ada sejak 1960-an, menjadi salah satu penginapan tertua yang ada di sini. Dulu, penginapan ini hanya berupa rumah sederhana yang disewakan kepada turis karena ada beberapa kamar rumah yang tidak terpakai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita kan dekat kereta api ya, Stasiun Tugu. Dulu itu, kalau dari Surabaya ke Jakarta, misalnya, nggak ada yang kereta langsung, jadi harus turun dulu di Jogja, nginap. Jadi, dulu Ibu saya itu melayani para penumpang kereta yang transit itu. Kemudian, ada kemajuan mulai terima turis-turis backpacker," kata Niken, pemilik Homestay Bu Purwo.
![]() |
Nama Homestay Bu Purwo merupakan nama ibu Niken, sebagai pemilik penginapan itu. Bu Purwo juga yang menjalankan operasional penginapan bangunan itu.
Penginapan itu bukan hanya tempat tinggal Niken saat kecil, tetapi dengan kedatangan tamu dan turis, rumah tersebut bisa membiayai kuliah Niken dan adiknya di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Keluarga Niken tidak lagi tinggal di penginapan tersebut. Kini, Homestay Bu Purwo dikelola oleh adik ipar dan satu karyawan.
Sempat Tutup dan Jadi Galeri Seni
Niken mengatakan Homestay Bu Purwo tidak selalu cuan. Penginapan itu pernah berubah fungsi menjadi galeri yang menjual hiasan dinding batik karena tamu yang menginap semakin sepi, namun kemudian kembali menjadi penginapan.
"Sempat nggak ada turis, saat krisis moneter dan ada teror bom itu. Dua momen itu nggak dapat turis. Tetapi, kemudian kami buka lagi penginapan lagi karena kamarnya banyak. Kami pikir sudah ada turis lagi, selain itu kalau nggak buat penginapan kamar-kamar itu mau buat apa," kata Niken.
Homestay Bu Purwo juga sempat ditutup selama pandemi Covid-19 karena ada pembatasan dan untuk menjaga agar pegawai penginapan tidak ikut tertular. Niken memanfaatkan waktu pandemi itu untuk merenovasi bagian penginapan yang rusak.
Setelah pandemi usai, penginapan kembali didatangi turis. Biasanya akan ramai tamu ketika weekend, sedangkan pada hari biasa akan terisi satu atau dua kamar saja. Selain itu, penginapan juga akan sangat sepi pengunjung ketika bulan puasa.
![]() |
Homestay Bu Purwo ini merupakan penginapan syariah dengan total 17 kamar. Ada tipe standar dan tipe family, serta dibedakan lagi dengan kamar yang memakai kipas dan kamar AC. Harganya berkisar Rp 150 ribu - Rp 250 ribu untuk kamar standar dan untuk kamar family mulai dari Rp 400 ribu.
"Yang kamar family itu agak sulit, kecuali kalau memang dia berombongan satu keluarga gitu. Biasanya kan datang sama teman atau suami istri. Kalau belum suami istri kita kan nggak boleh. Aturan itu sejak dikelola ibu saya dulu. Kalau dulu sama ibu lebih strict lagi. Dia minta tamu menunjukkan surat nikah," kata Niken.
Tamu di sini bisa datang sendiri atau biasanya juga dibawa oleh warga atau tukang becak di depan gang. Ada komisi yang diberikan kepada mereka yang mengantarkan tamu ke penginapan itu, biasanya sekitar 10 - 20 persen dari harga sewa kamar.
Saat menginap di sini, tamu akan mendapatkan teh dan kopi secara gratis yang bisa diseduh kapan saja. Disediakan pula tempat mencuci baju serta dapur dan ruang makan yang biasanya dipakai tamu untuk memasak mie instan.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol