Ini bukan museum biasa. Samsara Living Museum tempat mengajarkan siklus hidup manusia Bali, mulai lahir, hidup, hingga ajal menjemput.
Berlokasi di Jalan Telaga Tista, Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali, Samsara Living Museum bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat sekitar 1 jam 45 menit dari Kota Denpasar. Jaraknya 60 kilometer dari Kota Denpasar.
Museum ini buka setiap hari mulai pukul 09.00 - 15.30 WITA. Untuk masuk ke Samsara Living Museum traveler wajib membayar biaya tiket masuk. Untuk wisatawan asing dan domestik dikenakan biaya sebesar Rp 100 ribu. Bagi warga lokal Bali dikenakan biaya sebesar Rp 50 ribu.
Dengan membayar biaya tiket masuk, traveler sudah mendapatkan beberapa fasilitas seperti mencicipi arak dan ngopi di tengah hutan bambu. Traveler juga ditemani oleh seorang guide yang akan menjelaskan seluk beluk Samsara Living Museum. Tenang, pengunjung tidak perlu membayar biaya tambahan untuk bisa didampingi guide alias gratis.
Masuk ke lingkungan museum, traveler akan disambut oleh bangunan-bangunan dengan arsitektur tradisional dan hamparan rumput hijau dan pepohonan yang rimbun. Traveler akan melihat tradisi ngoncang atau menumbuk padi sambil disajikan welcome drink berupa jamu tradisional.
![]() |
Atraksi pertama yang wajib traveler kunjungi adalah main display gallery yang menyajikan proses atau ritual masyarakat Bali mulai dari dalam kandungan hingga meninggal. Di sini traveler bisa menemukan sekitar 17 gambar dan alat yang digunakan saat ritual dilakukan.
Jangan heran, Samsara Living Museum yang terlihat rimbun dengan banyak pepohonan. Hal ini karena Samsara Living Museum melakukan konservasi terhadap 150 jenis tanaman yang biasanya digunakan pada saat upakara di Bali.
detikTravel juga diajak untuk berkeliling di sekitar museum, guide menjelaskan masing-masing tanaman yang digunakan saat proses siklus hidup manusia. Ternyata pada setiap prosesi menggunakan bahan dari tanaman yang berbeda loh traveler. Menarik banget!
Tak hanya melakukan konservasi, Bagus Wisnawa selaku operasional Samsara Living Museum juga menyebut pihak pengelola juga akan memberikan tanaman upakara ini bagi masyarakat yang membutuhkan.
"Nanti saat masyarakat sekitar membutuhkan bisa datang ke Samsara. Kalau ada di Samsara, nanti akan kami berikan dengan jumlah yang secukupnya. Bisa chat di Whatsapp, nanti kita setujui kalau kondisi tumbuhan memungkinkan," papar Bagus Wisnawa.
Jika sudah lelah berkeliling museum, traveler dapat mencoba berbagai aktivitas yang menarik. Bagi traveler pecinta masak, dapat mencoba cooking class dengan memasak 3 menu masakan Bali atau jajanan tradisional Bali. Jika suka menari, traveler bisa mencoba belajar menari Bali yang nantinya diajarkan langsung oleh anak-anak di Desa Jungutan.
Tak hanya detikTravel, salah satu pengunjung di Samsara Living Museum juga dibuat terkesan dengan berbagai konsep unik dan menarik di destinasi ini.
"Konsep museumnya keren sih menurutku, beda dari museum-museum lainnya. Di sini kita diajak untuk lebih mengenal ritual kita sebagai orang Bali. Gak cuma ritual, tapi dijelaskan tentang tanaman yang digunakan saat ritual. Keren abis lah," kata Haryantha, salah satu pengunjung Samsara Living Museum.
Nah untuk traveler yang ingin berkunjung ke sini, detikTravel menyarankan untuk di pagi hari saat udara masih sejuk. Jangan lupa selalu menjaga kebersihan dan jangan merusak tanaman ya traveler!
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum