Samsara Living Museum tidak hanya memperkenalkan siklus hidup Manusia Bali, tapi juga melakukan konservasi. Di sini traveler bisa menemukan 150 tanaman upakara yang dikonservasi.
Di ujung timur Pulau Bali, tepatnya di Kabupaten Karangasem terdapat sebuah museum yang tergolong hidden gem. Tersembunyi di lanskap hijau Kabupaten Karangasem, Samsara Living Museum menghadirkan konsep museum yang berbeda.
Samsara Living Museum merupakan sebuah museum yang merekonstruksi siklus kelahiran dan kematian manusia Bali yang dibingkai melalui ritual. Kelahiran konsep unik ini berlandasan untuk melestarikan budaya Bali khususnya dalam ritual siklus hidup manusia Bali.
Tak hanya sebagai destinasi wisata, Samsara Living Museum juga memiliki dimensi nilai lain, salah satunya adalah dimensi konservasi. Rupanya, pengelola melakukan konservasi terhadap 150 tanaman yang biasa digunakan dalam kegiatan upakara atau persembahan di Bali.
Bukan tanpa alasan, Bagus Wisnawa, bagian operasional Samsara Living Museum, menjelaskan bahwa konservasi itu dilakukan untuk memperkenalkan tanaman yang sering digunakan dalam upakara. Apalagi, seluruh masyarakat Bali cenderung membutuhkan namun belum mengenal bagaimana bentuk tanaman tersebut.
"Kami juga mengkonservasi kurang lebih 150 jenis tanaman upakara yang bersangkutan dengan upakara-upakara di Bali. Cenderung orang Bali sekarang tau bentuk atau potongan pohon tapi tidak tau bentuk pohonnya. Sedangkan kita membutuhkan di Bali. Sehingga kami mencoba untuk konservasi," kata Bagus Wisnawa.
Bagus Wisnawa juga menjelaskan bahwa pihak pengelola tak hanya mengkonservasi, namun akan berbagi pada masyarakat Bali yang memang membutuhkan tanaman upakara yang ada di Samsara Living Museum.
Bagi traveler atau masyarakat Bali yang membutuhkan tanaman tertentu yang ada di Samsara Living Museum, dapat menghubungi pihak pengelola dan meminta tanaman upakara di sini. Pihak pengelola pun akan memberikan tanpa memungut biaya alias gratis.
"Nanti saat masyarakat sekitar membutuhkan bisa datang ke Samsara. Kalau ada di Samsara, nanti akan kami berikan dengan jumlah yang secukupnya. Itu nggak bayar, kami dedikasikan untuk ngayah atau sharing. Bisa chat di Whatsapp, nanti kita setujui kalau kondisi tumbuhan memungkinkan," ujar Bagus Wisnawa.
Beberapa tanaman yang dikonservasi di sini adalah majegau, cenana, bambu ampel gading, dan lain-lain.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol