Ada satu sumur kuno di lokasi proyek Underpass Joglo, Solo. Sumur itu dipercaya peninggalan Paku Buwono (PB) VIII. Sumur itu menyimpan banyak cerita tak biasa.
Salah satunya adalah cerita ketika sumur itu hendak dirobohkan untuk kelancaran proyek jalan Underpass Joglo. Salah satu warga yang merawat sumur itu, Marno (57) mengaku pernah mendengar cerita dari seorang sopir ekskavator yang bertugas merobohkan bangunan di Jalan Sumpah Pemuda.
Saat akan merobohkan Masjid Baitusy Syukur, konon alat pengeruk itu sempat macet. Bahkan kacanya pecah.
"Kalau saya, tatkala saya mengerjakan itu (untuk masjid), tak bongkar sumur itu nggak ada apa-apa. Karena niatan kita baik, nggak ada masalah. Cuma kemarin yang terkait pembongkaran (proyek underpas Joglo) itu katanya backhoe macet, terus kacanya pecah," kata Marno.
Meski demikian, bangunan masjid itu akhirnya dirobohkan. Sedangkan sumur peninggalan PB VIII itu dibiarkan tetap berdiri. Sumur itu kini ditutupi kain agar tidak terkena debu dan reruntuhan bangunan.
Menurut Marno, sebelum 2012, sumur yang diyakini berusia ratusan tahun itu jadi sumber air untuk kebutuhan warga sekitar. Airnya juga biasa untuk memandikan jenazah yang akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bonoloyo. Sumur itu juga dianggap sakral.
"Di situ kan dulu tempat memandikan jenazah, jadi ada bangsal atau rumah. Ada jenazah yang dari luar yang tidak terawat kan disucikan dulu. Atau mungkin tabrakan di mana, terus disimpan di bangsal, tempat penantian sementara sebelum dimakamkan. Seperti untuk menyalatkan dan sebagaianya kan ada," kata Marno saat ditemui di rumahnya, Jumat (19/1) lalu.
Marno yang memiliki warung di sekitar sumur itu mengatakan, tidak banyak masyarakat sekitar yang tahu kalau sumur itu peninggalan Paku Buwono VIII. Tapi sebagian masyarakat tahu kalau air sumur itu dipercaya mujarab.
"Waktu yang lain kering, sumur ini nggak kering, segitu terus airnya. Airnya bersih, lebih bersih ini dari air PDAM," ujar Marno.
Menurut Ketua RT 02 RW 11 setempat, Sumanto (54) mengamini cerita Marno. Dia bilang sumur kuno itu sudah lebih dulu ada sebelum TPU Bonoloyo yang disebut sebagai peninggalan Pakubuwana IX.
"Kalau mengacu pada bangunan yang gapura (TPU Bonoloyo) itu (dibangun) PB IX, tapi karena itu kemarin pas pembongkaran sumur untuk pembangunan masjid, itu ada di papan kayunya tertera PB VIII. Di sumurnya itu, pas tempat gantungan yang untuk menimba," kata Sumanto.
"Kalau ini (sumur) PB VIII, berarti (dibangun) sumurnya dulu, baru makam. Biasanya kalau membangun itu kan menyediakan air dulu, buat sumurnya dulu. Kemungkinan PB VIII itu surut, terus dilanjutkan ke PB IX," sambungnya.
Sumanto juga berharap agar sumur kuno itu tidak digusur. Dia ingin agar dibuat saluran di bawahnya agar air dari sumur itu tetap bisa dialirkan ke Masjid Baitusy Syukur yang akan dibangun lagi di belakangnya.
"Syukur-syukur dibuatkan tempatnya (oleh pihak proyek Underpass Joglo), biar kita nggak (mengeluarkan) biaya lagi. Caranya cuma ditutup tapi masih dialirkan, jadi sumbernya masih dipakai," ujar Sumanto.
Tak ingin sumur itu tergusur pembangunan, Marno lantas membubuhkan keterangan pada papan kayu di sumur itu yang menyebutkan bahwa sumur itu peninggalan Pakubuwana VIII.
"Saya ingin melestarikan sejarah, kita bisa sampai seperti ini karena sejarah. Pokoknya sudahlah bismillah, apapun saya pertanggungjawabkan, saya akan sekuat tenaga mempertahankan sejarah ini," tutup Marno.
------
Artikel ini telah naik di detikJateng.
Simak Video "Video: Solo Leveling Borong 9 Piala di Crunchyroll Anime Awards 2025"
(wsw/wsw)