Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Kamis, 16 Mar 2023 06:42 WIB

PHOTOS

Potret Kehidupan Suku Anak Dalam di Pulau Sumatra

Jakarta - Sebagai suku minoritas di Sumatra, kehidupan Suku Anak Dalam memang jarang terekspos. Suku ini rupanya punya cara hidup yang unik.

Mayoritas orang-orang SAD masih menjalani kehidupan nomaden alias berpindah-pindah di hutan. Hal itu tidak terlepas dari kepercayaan mereka akan dewa-dewa yang hidup di hutan. Selain itu, mereka juga hidup bergantung dari hasil hutan. Akan tetapi seiring berkembangnya zaman, ada juga kelompok SAD yang hidup menetap di perkampungan.

Mayoritas orang-orang SAD masih menjalani kehidupan nomaden alias berpindah-pindah di hutan. Hal itu tidak terlepas dari kepercayaan mereka akan dewa-dewa yang hidup di hutan. Selain itu, mereka juga hidup bergantung dari hasil hutan. Akan tetapi seiring berkembangnya zaman, ada juga kelompok SAD yang hidup menetap di perkampungan.

Berburu dan meramu merupakan cara SAD mencukupi kebutuhan hidupnya. Berburu adalah cara menangkap hewan sementara meramu ialah kegiatan mengumpulkan tumbuh-tumbuhan. Kegiatan berburu biasanya dilakukan kaum lelaki. Hewan yang diburu adalah babi dan rusa. Hanya saja bagi SAD yang memeluk Islam, mereka akan mencari hewan selain babi.  

Berburu dan meramu merupakan cara SAD mencukupi kebutuhan hidupnya. Berburu adalah cara menangkap hewan sementara meramu ialah kegiatan mengumpulkan tumbuh-tumbuhan. Kegiatan berburu biasanya dilakukan kaum lelaki. Hewan yang diburu adalah babi dan rusa. Hanya saja bagi SAD yang memeluk Islam, mereka akan mencari hewan selain babi.  

Sementara itu untuk kegiatan meramu, SAD akan mengambil tumbuhan hasil hutan bukan rotan seperti jernang, getah damar, buah jengkol, dan lain-lain.  

Sementara itu untuk kegiatan meramu, SAD akan mengambil tumbuhan hasil hutan bukan rotan seperti jernang, getah damar, buah jengkol, dan lain-lain.  

Menangkap ikan merupakan bagian dari kegiatan berburu dan meramu yang dilakukan SAD untuk mencukupi kebutuhan pangan. Orang SAD terbiasa menangkap ikan dengan tangan kosong atau biasa disebut ngakop ikan. Cara ngakop ikan ini sudah diajarkan secara turun-temurun. Biasanya para wanita akan melakukan ini untuk membantu mencukupi makanan di keluarga.  

Menangkap ikan merupakan bagian dari kegiatan berburu dan meramu yang dilakukan SAD untuk mencukupi kebutuhan pangan. Orang SAD terbiasa menangkap ikan dengan tangan kosong atau biasa disebut ngakop ikan. Cara ngakop ikan ini sudah diajarkan secara turun-temurun. Biasanya para wanita akan melakukan ini untuk membantu mencukupi makanan di keluarga.  

Selain langsung ditangkap, orang SAD juga punya cara lain untuk mengumpulkan ikan. Biasanya cara ini dilakukan di kanal kecil yang lebarnya sekitar 1 meter saja. Mereka akan menggunakan akar tuba untuk membuat ikan pusing sehingga mudah ditangkap.  

Selain langsung ditangkap, orang SAD juga punya cara lain untuk mengumpulkan ikan. Biasanya cara ini dilakukan di kanal kecil yang lebarnya sekitar 1 meter saja. Mereka akan menggunakan akar tuba untuk membuat ikan pusing sehingga mudah ditangkap.  

Para perempuan SAD pandai membuat anyaman tikar yang disebut lapik. Lapik yang mereka buat seukuran sejadah yakni 60 x 125 sentimeter. Cara pembuatannya masih sederhana dan mengandalkan bahan-bahan yang ada di hutan yakni daun rumbia, buah jernang dan kunyit.  

Para perempuan SAD pandai membuat anyaman tikar yang disebut lapik. Lapik yang mereka buat seukuran sejadah yakni 60 x 125 sentimeter. Cara pembuatannya masih sederhana dan mengandalkan bahan-bahan yang ada di hutan yakni daun rumbia, buah jernang dan kunyit.  

SAD sering mendahulukan perempuan dalam segala urusan. Misalnya ketika laki-laki selesai berburu dan meramu, hasil tangkapannya akan diberikan untuk perempuan terlebih dahulu. Uang hasil penjualan barang buruan dan meramu yang dilakukan para lelaki juga harus diberikan kepada perempuan. Perempuan pun punya kuasa untuk mengatur keuangan keluarga.  

SAD sering mendahulukan perempuan dalam segala urusan. Misalnya ketika laki-laki selesai berburu dan meramu, hasil tangkapannya akan diberikan untuk perempuan terlebih dahulu. Uang hasil penjualan barang buruan dan meramu yang dilakukan para lelaki juga harus diberikan kepada perempuan. Perempuan pun punya kuasa untuk mengatur keuangan keluarga.  

Selain itu, keuntungan lain yang dimiliki perempuan SAD adalah mendapatkan lebih banyak harta warisan. Karena perempuan dianggap begitu berharga, SAD punya kebiasaan untuk tidak mengekspos kaum perempuan dalam kelompoknya. Hal ini terutama masih berlaku bagi SAD yang tinggal di hutan.  

Selain itu, keuntungan lain yang dimiliki perempuan SAD adalah mendapatkan lebih banyak harta warisan. Karena perempuan dianggap begitu berharga, SAD punya kebiasaan untuk tidak mengekspos kaum perempuan dalam kelompoknya. Hal ini terutama masih berlaku bagi SAD yang tinggal di hutan.  

Salah satu tradisi SAD yang sampai sekarang masih dipegang teguh terkait dengan pernikahan. Sebelum menikah, lelaki SAD akan meminta izin pada keluarga perempuan untuk meminangnya. Namun bukannya orang tua pihak perempuan yang akan memberikan lampu hijau, justru paman dari keluarga perempuan yang akan mengambil keputusan.  

Salah satu tradisi SAD yang sampai sekarang masih dipegang teguh terkait dengan pernikahan. Sebelum menikah, lelaki SAD akan meminta izin pada keluarga perempuan untuk meminangnya. Namun bukannya orang tua pihak perempuan yang akan memberikan lampu hijau, justru paman dari keluarga perempuan yang akan mengambil keputusan.  

Sebelum dapat meminang gadis pujaan hati, lelaki SAD juga akan dites kemampuannya. Mereka bahkan diminta untuk tinggal bersama keluarga calon istri dengan tujuan agar keluarga mengenal laki-laki itu dan dilatih hidup sebagai suami. Jika ada lebih dari satu laki-laki yang ingin meminang gadis SAD, akan dilakukan sayembara. Bentuknya berupa perlombaan untuk adu kekuatan dan kecerdasan.  

Sebelum dapat meminang gadis pujaan hati, lelaki SAD juga akan dites kemampuannya. Mereka bahkan diminta untuk tinggal bersama keluarga calon istri dengan tujuan agar keluarga mengenal laki-laki itu dan dilatih hidup sebagai suami. Jika ada lebih dari satu laki-laki yang ingin meminang gadis SAD, akan dilakukan sayembara. Bentuknya berupa perlombaan untuk adu kekuatan dan kecerdasan.  

SAD memiliki cara sendiri untuk menyembuhkan kesedihan setelah anggota keluarga meninggal. Mereka akan pergi jauh atau disebut melangun.  

SAD memiliki cara sendiri untuk menyembuhkan kesedihan setelah anggota keluarga meninggal. Mereka akan pergi jauh atau disebut melangun.  

SAD akan berjalan kaki melintasi hutan, kota, hingga provinsi sampai kesedihan mereka sirna. Untuk waktunya sendiri tak dapat dipastikan, tergantung seberapa lama mereka dapat menghilangkan rasa sedih. Dalam sejumlah kasus, ada juga yang melangun hingga bertahun-tahun.  

SAD akan berjalan kaki melintasi hutan, kota, hingga provinsi sampai kesedihan mereka sirna. Untuk waktunya sendiri tak dapat dipastikan, tergantung seberapa lama mereka dapat menghilangkan rasa sedih. Dalam sejumlah kasus, ada juga yang melangun hingga bertahun-tahun.  

Tari Bedeti merupakan tuturan berisi doa yang dipanjatkan SAD kepada Sang Pencipta. Setidaknya terdapat 3 jenis Tari Bedeti yaitu Tari Bedeti Mandi Anak, Tari Bedeti Pernikahan dan Tari Bedeti Persembahan.  

Tari Bedeti merupakan tuturan berisi doa yang dipanjatkan SAD kepada Sang Pencipta. Setidaknya terdapat 3 jenis Tari Bedeti yaitu Tari Bedeti Mandi Anak, Tari Bedeti Pernikahan dan Tari Bedeti Persembahan.  

Hidup sebagai SAD penuh dengan tantangan di era moderen ini. Kerusakan hutan dan lahan yang menyempit, membuat mereka kehilangan tempat tinggal. Belum lagi hasil hutan yang kian sedikit membuat mereka kesulitan untuk mencukupi kebutuhan hidup dengan cara menjual hasil hutan tersebut. Sudah hasilnya sedikit, SAD juga kerap ditipu para tengkulak. SAD menjadi sasaran empuk penipuan karena mereka tak bisa baca, tulis, dan hitung.  

Hidup sebagai SAD penuh dengan tantangan di era moderen ini. Kerusakan hutan dan lahan yang menyempit, membuat mereka kehilangan tempat tinggal. Belum lagi hasil hutan yang kian sedikit membuat mereka kesulitan untuk mencukupi kebutuhan hidup dengan cara menjual hasil hutan tersebut. Sudah hasilnya sedikit, SAD juga kerap ditipu para tengkulak. SAD menjadi sasaran empuk penipuan karena mereka tak bisa baca, tulis, dan hitung.  

Untuk memperbaiki keadaan, anak-anak SAD disekolahkan. Setelah SAD mulai mengenal sekolah, kehidupan mereka membaik. Mereka dapat melaksanakan kegiatan jual beli dengan lebih baik.

Untuk memperbaiki keadaan, anak-anak SAD disekolahkan. Setelah SAD mulai mengenal sekolah, kehidupan mereka membaik. Mereka dapat melaksanakan kegiatan jual beli dengan lebih baik.

BERITA TERKAIT
BACA JUGA