Wisata Syahwat di Red Light District Amsterdam

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Laporan dari Belanda

Wisata Syahwat di Red Light District Amsterdam

- detikTravel
Kamis, 17 Okt 2013 08:11 WIB
Sex Museum, objek wisata bertema seksual di Amsterdam (Uyung/detikTravel)
Amsterdam - Salah satu ciri khas Kota Amsterdam di Belanda adalah kehidupan malam yang begitu bebas. Seks di Red Light District dan ganja hanyalah sebagian dari berbagai 'jajanan malam' yang diperdagangkan secara legal di kota ini.

Kawasan remang-remang yang paling terkenal di Belanda bahkan dunia, tentu saja Red Light District. Lokasinya cuma 5 menit jalan kaki dari Dam Square di pusat kota Amsterdam.

detikTravel mencoba menyusuri kawasan ini pekan lalu. Di Red Light District, para pekerja seks dari berbagai penjuru Eropa bebas menjajakan tubuhnya dan bahkan turut membayar pajak dari pekerjaan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berbagai layanan pemuas syahwat ada di sini. Semua tersedia, mulai dari pertunjukan teater yang mempertontonkan adegan berhubungan seks secara langsung, tari telanjang, hingga jasa prostitusi standar yakni tidur dengan pekerja seks yang bisa dipilih di jendela-jendela kaca berhias lampu merah.

Butuh suvenir khas dari Red Light District? Berbagai aksesori seks banyak dijual di toko-toko setiap gang, mulai dari sex toys hingga kondom dengan aneka jenis dan bentuk yang unik. Entah benar-benar bisa dipakai atau tidak, kondom berbentuk menara Eiffel atau Menara Pisa banyak dijual di tempat ini.

Masih di sekitar Dam Square, terdapat museum yang memajang berbagai koleksi berbau seks. Sex Museum, demikian nama museum yang buka dari pukul 10.00 pagi hingga 20.00 malam tersebut memajang foto, patung hingga alat-alat bantu seks dari berbagai zaman.

Jika bosan melihat benda-benda berbau seks karena memang tidak ada minat untuk mencoba, tidak ada yang melarang untuk sekedar melihat-lihat. Begitu juga untuk melihat-lihat warung kopi yang menjual ganja dalam berbagai varian. Ada ganja yang dijual dalam bentuk lintingan biasa, muffin, dan bahkan es krim, dan semua bisa dibeli atau sekedar dilihat-lihat di kota ini.

Di Amsterdam, ganja biasanya dijual di coffee shop dan salah satu yang terkenal adalah Bulldog. Beberapa cabangnya ada di kawasan Red Light District. Penting pula untuk diingat, di sini jika ada ajakan nongkrong ke coffee shop itu berarti ajakan untuk menikmati ganja.

Karena kebebasan sangat dijunjung tinggi di kota ini, pengunjung yang memiliki ketertarikan pada sesama jenis pun bisa memilih coffee shop yang sesuai dengan orientasi seksualnya. Coffee shop untuk gay dan lesbian umumnya ditandai dengan bendera bercorak pelangi, yang melambangkan keberagaman.

"Di sini, tidak ada ceritanya orang ditangkap cuma karena mengisap ganja. Selama tidak bikin keributan, itu badan adalah badan kamu sendiri. Terserah mau kamu apakan," kata Samira, local guide yang mendampingi detikTravel saat mengunjungi Amsterdam.

Namun demikian, para palayan coffee shop umumnya menyarankan pengunjung untuk mengonsumsi ganjanya di tempat itu juga. Meski legal, tidak dibenarkan untuk mengisap ganja di jalanan karena dikhawatirkan bisa memicu hal-hal yang tidak diinginkan misalnya kecelakaan.


(aff/aff)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads