San Fransisco, Matahari, dan Amerika yang Klasik

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Laporan dari AS

San Fransisco, Matahari, dan Amerika yang Klasik

- detikTravel
Jumat, 18 Okt 2013 15:14 WIB
Kota San Fransisco yang berbukit dengan Golden Gate di kejauhan (Deddy Sinaga/detikTravel)
San Fransisco - San Fransisco adalah kota dimana wisatawan bisa menikmati suasana khas Amerika Serikat. Jembatan legendaris berpadu dengan suasana kota zaman dulu, trem antik, dan matahari menyapa ramah. Sempurna!

San Fransisco itu adalah kota dengan matahari yang hangat. Itulah kesan pertama saya, sesaat setelah melangkahkan kaki keluar dari Hotel Hilton di Jalan O'Farrell, San Fransisco, pada Senin pagi, 9 September 2013 lalu.

Sungguh jauh berbeda akan kesan pertama saya saat menginjakkan kaki di kota Las Vegas, pada 2011. Kota judi ini bagi saya tak 'ramah' karena iklim dan temperatur yang dingin menusuk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di San Fransisco, kalau bisa dibandingkan, saya seperti sedang berjalan-jalan di kawasan Puncak, Jawa Barat. Sesekali kabut turun dan menghadirkan suasana mistis di kota itu.

Tapi nilai magis San Fransisco tak hanya matahari dan kabut. Ini adalah kota klasik dengan sejumlah landmark legendaris yang sangat menarik untuk dikunjungi.

Seperti pada Senin yang sibuk itu, ketika saya mencari tempat untuk sarapan. Di sekitar Hotel Hilton, yang berada di downtown San Fransisco itu, terdapat banyak sekali restoran. Tapi seorang teman menyarankan saya mencoba sejumlah diners karena harganya relatif terjangkau.

Tapi bukan harga yang membikin diners menarik, melainkan karena ini adalah konsep restoran klasik Amerika. Menu-menunya khas Amerika, begitu juga interiornya. Restoran ini buka selama 24 jam.

Pagi itu saya bersantap di Lori's Diners di Jalan Mason, yang didirikan pada 1986. Interiornya berciri 1950-an. Pilihan menu saya hari itu adalah burger spesial. Saya mendapat tempat duduk di meja bar, agak berhadapan dengan sepasang chef yang tampak sibuk memasak.

Segelas jus jeruk dingin mengawali penantian menu burger yang katanya khas di restoran itu. Begitu menu seharga US$ 19 itu tiba, alamak, porsinya luar biasa besar.

Dengan rasa menyesal saya tak bisa menghabiskan sarapan sebesar itu. "Kenapa tak habis?" tegur seorang pelayan dengan intonasi yang ramah. Saya bilang, porsinya terlalu besar buat saya. Dia tersenyum, mengerti.

Dari Lori's Diner saya berjalan kaki ke Union Square, sebuah landmark sejarah dan area publik yang dikelilingi bangunan-bangunan besar. Di sana terlihat banyak orang duduk-duduk menikmati matahari. Beberapa orang mengantre naik bus atap terbuka yang akan membawa mereka berkeliling kota. Di tengah taman ada tugu peringatan perang sipil.

Tiga hari kemudian saya berkesempatan menjajal trem atau yang biasa mereka sebut cable car yang sudah ada sejak 1873. Salah satu stasiun cable car yang dioperasikan oleh San Francisco Municipal Railway ini bisa dicapai dengan berjalan kaki dari dari Hilton selama 10 menit.

Kereta yang tiba di stasiun berhenti di sebuah tempat langsir berbentuk lingkaran. Petugas kemudian membuka engsel, lalu dengan tenaga beberapa orang, kereta diputar sampai berbalik arah dan siap diberangkatkan kembali.

Tiketnya adalah US$ 6 untuk sekali jalan. Saya memilih sekali jalan menuju Fisherman's Wharf, arena pelabuhan nelayan yang terkenal itu. Kereta ini dioperasikan dengan tuas yang dikendalikan seorang masinis. Sesekali dia mengajak para penumpang bercanda.

"Ups, sebentar lagi turunan, dan ini sebetulnya hari pertama saya bekerja," katanya. Para penumpang pun tertawa. Kami percaya, dia hanya bercanda.

Sebelum tiba di Fisherman's Wharf, saya memilih turun di Jalan Lombard. Ini sebetulnya kawasan permukiman saja. Tapi sungguh menanjak dan di puncaknya ada taman dengan bunga-bunga yang cantik. Di sana kita bisa menyaksikan sebagian San Fransisco atau penjara di Pulau Alcatraz itu. Sungguh spot yang menarik untuk berfoto.

Dari Lombard saya berjalan kaki ke Fisherman's Wharf melalui jalan menurun. Rencana untuk makan atau belanja di sana urung setelah melihat The Golden Gate di kejauhan. Dari kawasan ini ada pedestrian yang mengarah ke Golden Gate.

Setelah ditempuh melewati pantai, bukit, taman, dan area parkir yacht-yacht mewah di Marina, ternyata saya butuh waktu hampir 45 menit lamanya untuk bisa lebih dekat ke jembatan yang dibuka pada 1937 itu. Tapi tak apa.

Berjalan-jalan di tepi pantai San Fransisco dengan pemandangan yang indah sungguh pengalaman yang tak ternilai. Perjalanan itu berhenti di sebuah pantai di mana keseluruhan jembatan Golden Gate sudah tampak. Ini pun spot yang menarik untuk berfoto-foto.

Lantaran waktu yang terbatas, saya tak bisa ke Golden Gate. Lain kali, saya pikir. Melihatnya saja sudah terasa lumayan. Dari sana, perjalanan pulang ke hotel dilanjutkan dengan taksi.

Ciri khas lain San Fransisco adalah wisata belanjanya. Di sana, Anda bisa berbelanja produk-produk fesyen original dengan harga yang miring. Persis seperti factory-factory outlet di Bandung itu. Tapi selalu ingat, sebaiknya Anda membawa kantung belanja sendiri karena di sana tak gratis.

(DES/fay)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads