Mulut 'Berasap' di Tembok Besar China

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Laporan dari China

Mulut 'Berasap' di Tembok Besar China

- detikTravel
Jumat, 28 Feb 2014 11:50 WIB
Mulut Berasap di Tembok Besar China
Begini penampakan Tembok Besar China saat musim dingin (Wahyu/detikTravel)
Jakarta - Pagi itu suhu di Beijing mencapai titik yang sangat dingin, bahkan sempat menyentuh minus 4 derajat celcius. Meski begitu, liburan ke Tembok Besar China tetap tak boleh terlewat.

Ditemani oleh beberapa kawan, saya bersama dengan pemandu turis Mr.Ping melakukan perjalanan wisata selama 1 hari. Untuk Anda yang berniat ke Beijing dalam waktu dekat ini, jangan sampai lupa membawa perlengkapan musim dingin, atau kalau tidak, akan membeku kedinginan.

Pada 24 Februari kemarin, perjalanan diawali dengan mengunjungi lapangan Tian'anmen yang bersejarah. Kumpulan manusia berjaket tebal terlihat memadati lapangan yang letaknya di depan Forbidden City tersebut. Cuaca dingin ternyata tidak menurunkan niat ratusan bahkan ribuan turis mengunjungi tempat bersejarah tersebut.

Dari kejauhan, foto pemimpin terbesar China Mao Zedong terlihat kokoh. Serta, pasukan-pasukan keamanan China berbaris rapi di depan pintu Forbidden City, yang dulunya merupakan rumah bagi kaisar di China.

Masuk ke Forbidden City dikenakan tarif 40 yuan (Rp 40 ribu), namun rombongan kami tidak masuk karena mengejar waktu ke Tembok Besar China yang terkenal tersebut.

Sekitar pukul 11.00 waktu Beijing, Mr Ping melaju dengan mobil minibus mengantar kami ke Tembok Besar China. Perjalanan ke sana cukup jauh dan memakan waktu hingga 3 jam.

Mr Ping mengantar kami mengunjungi Tembok Besar China lewat pintu Mutianyu. Sesampai di area wisata tembok tersebut, kami melalui jalan yang ramai akan toko-toko kecil yang menjual barang oleh-oleh khas China.

Kami harus jalan menanjak sekitar setengah kilometer sebelum akhir menemui pintu masuk. Urusan tiket masuk, semua sudah diselesaikan oleh Mr Ping. Cuaca makin dingin, dan kami naik ke atas dengan kereta gantung atau cable car.

Setelah sampai, sungguh menakjubkan. Bagaimana orang-orang China zaman dahulu bisa membangun tembok yang besar ini di atas pegunungan yang sangat tinggi pada zaman itu. "China bisa membuat segalanya," ujar Mr Ping sambil tertawa kepada kami.

Kelompok kami yang berjumlah 7 orang pun menggelengkan kepala takjub. Karena tebok besar dan panjang ini bisa dibangun saat itu, untuk menghalau serbuan Mongolia.

Cuaca di sana sedang sekitar minus 4 derajat celcius. Tak heran pengunjung tembok ini tidak seramai biasanya. Salju terlihat masih tersisa di sekitar tembok. Mulut kami pun berasap saat berbicara. Namun antusiasme melihat tembok ini membuat cuaca ekstrem tersebut tidak terasa lagi. Kami pun asik mengambil gambar-gambar keindahan tembok tersebut.

Selama musim dingin ini, kereta gantung di pintu Mutianyu ditutup pukul 16.00 waktu Beijing. Biasanya, kereta gantung ini dibuka hingga 17.30 waktu Beijing. Namun Mr. Ping mengatakan, mungkin pada bulan depan, cuaca akan kembali normal dan tidak dingin lagi.


(shf/shf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads