Dubrovnik -
Ada satu kota di benua Eropa yang sudah mengenal sistem karantina sejak berabad-abad silam, tepatnya di tahun 1377. Inilah kota Dubrovnik di Kroasia.
Selain dikenal sebagai lokasi syuting Game of Thrones, kota Dubrovnik di Kroasia juga dikenal sebagai kota pertama di Eropa yang mengenal sistem karantina. Karantina di Dubrovnik ditemukan pada tahun 1377, nyaris 7 abad silam.
Dihimpun detikTravel dari beberapa sumber, Selasa (31/3/2020), Dubrovnik melakukan karantina di tahun 1377 sebagai perlindungan dari wabah Lepra yang menghantam benua Eropa saat itu.
Lepra, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini merusak sistem syaraf dan kulit, sehingga bisa menyebabkan orang kehilangan anggota badannya (bisa jari-jari, kaki, dan juga tangan).
Foto: Istimewa/igcruising.com. |
Di zaman itu, penyakit Lepra merupakan momok yang menakutkan bagi warga Eropa. Untuk itu, kota Dubrovnik membangun satu kawasan tersendiri untuk menampung para penderita Lepra alias mengkarantina mereka supaya tidak menulari orang lain yang sehat.
Kawasan karantina tersebut sekarang dikenal sebagai Lazarettos of Dubrovnik. Isinya beberapa rumah kecil yang terbuat dari batu. Sekarang, kawasan Lazarettos dikenal sebagai destinasi turis karena ada banyak kelab malam dan galeri seni.
"Kami memberikan komplek Lazareti ini kepada para seniman untuk manifestasi kebudayaan. Sangat menarik, dulu kita menulis penyakit menular tidak lagi menimbulkan ancaman. Tapi hidup membuktikan kita bisa salah, berkali-kali, seperti sebelumnya," kata Ana Bakija-Konsuo, seorang dokter sekaligus penulis buku tentang Lazarettos of Dubrovnik, dikutip dari AP.
Sistem Karantina Dubrovnik Sudah Canggih Foto: (iStock) |
Sistem karantina di Dubrovnik di zaman itu sudah sangat memadai. Semula, pendatang baru yang terinfeksi Lepra akan disuruh tinggal di dalam sebuah gubuk kayu di sebuah pulau kecil tak jauh dari Dubrovnik.
Setelah sembuh, gubuk akan dibakar. Namun sejak ada Lanzarettos, semua penderita akan ditempatkan di sana.
"Itu lebih modern daripada Venesia, yang melarang semua kapal untuk bersandar di pelabuhan mereka atau Milan yang membangun dinding di keliling rumah orang yang terinfeksi. Bagaimana coba perasaan orang yang terinfeksi, pasti sangat sulit dibayangkan," imbuh Ana.
Sementara itu, sejarawan Ivan Vigjen mengatakan kawasan karantina Lazarettos sengaja dibangun oleh penguasa Dubrovnik zaman itu di dekat pelabuhan. Ivan menyebut pembangunan komplek karantina itu sebagai 'infestasi terbesar dalam bidang kesehatan masyarakat' di zaman itu.
"Otoritas zaman itu sangat efektif dalam menjaga penyebaran penyakit Lepra, bahkan sebelum mereka masuk ke Dubrovnik. Meski zaman berganti, tetapi peraturan soal karantina tetap tidak berubah," jelas Ivan.
Awal mula istilah karantina
Foto: (Thinkstock) |
Peraturan tersebut menyebutkan traveler atau pendatang yang berasal dari daerah yang ada orang terinfeksi Lepra, diwajibkan untuk mengisolasi diri selama 20 hari. Waktu isolasi kemudian diperpanjang hingga 40 hari.
Di zaman tersebut, tindakan itu disebut sebagai 'Quaranta' dalam bahasa Italia. Kemudian istilah 'Quaranta' tersebut berkembang menjadi Karantina seperti yang kita kenal sekarang.
Sampai sekarang pun, di zaman wabah Corona, aturan tentang karantina juga masih sama. Intinya, kita mengisolasi diri dari kontak dengan orang lain selama beberapa waktu, dengan tujuan untuk memutus mata rantai persebaran penyakit menular itu.
Suasana di Dalam Lazarettos
Foto: (Thinkstock) |
Di dalam Lazarettos, orang-orang akan menjalani masa karantina. Mereka akan dipisahkan dari barang bawaan yang dibawa. Semua orang akan didata, barang bawaan mereka pun ditulis satu per satu.
Ada 10 aula di dalam Lazarettos, masing-masing dipisahkan oleh lapangan dan dikelilingi oleh tembok, lengkap dengan sistem drainase dan pembuangan. Masing-masing aula dikepalai oleh seorang manajer.
"Di dalam karantina, ada banyak transaksi bisnis yang terjadi karena ada banyak traveler dan pedagang di tempat yang sama, jadi mereka saling bertukar informasi, menulis surat, main kartu dan sebagainya," terang Ivan.
Berabad-abad kemudian, sistem karantina dikenalkan dan dipakai ke seluruh dunia. Tapi menurut Ivan, ada satu hal yang membedakan antara karantina di zaman itu dan karantina di zaman sekarang.
"Di zaman dulu, orang-orang tidak tahu bagaimana cara penyakit menyebar, atau bagaimana cara mereka melindungi diri sendiri. Mereka hanya percaya, penyakit itu disebabkan oleh Tuhan yang marah. Tapi sekarang, kita semua sudah tahu itu. Jika kita bertindak dengan penuh tanggung jawab, setiap dari kita akan baik-baik saja," pungkas Ivan.
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!