Ini berbanding terbalik dengan pendapatan penduduk Desa An Bang. Bermata pencaharian sebagai nelayan, Desa An Bang hanya memiliki penghasilan 26,6 juta per tahun.
Lantas dari mana uang untuk membangun makam-makam mewah itu?
Warga tak mencuri atau merampok untuk mendapatkan uang banyak. Mayoritas penduduk yang tinggal di desa ini adalah orang-orang lanjut usia. Uang itu mengalir dari generasi mudanya yang merantau dan bekerja ke berbagai negara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dengan bekerja di luar negeri, pemuda-pemuda itu bisa mengirim uang dan menabung untuk membangun kuburan orang tuanya di kampung. Tradisi ini sudah dilangsungkan sejak ratusan tahun silam.
Filosofi Kuburan Mewah
Di balik kemegahan kuburan, ada sebuah filosofi yang ditanamkan.
![]() |
"Kuburan kami unik. Ini untuk mengajarkan kepada anak-anak kami untuk menghormati leluhur dan orang-orang tua mereka yang telah meninggal dunia," ujar Dang Thien, salah seorang penduduk setempat dilansir dari AFP.
Warga An Bang percaya bahwa kuburan yang mahal akan memberikan tempat terbaik bagi seseorang telah meninggal. Selain itu, mereka juga percaya bahwa kuburan mewah di An Bang akan membawa berkah dan keberuntungan bagi anggota keluarga yang ditinggalkan.
Jika pandemi Corona sudah berakhir, traveler bisa berkunjung ke desa ini dan jalan-jalan di kuburan mewah!
(bnl/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan