Kota-kota dengan Nama Aneh, dari Dildo, Hell hingga Boring

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kota-kota dengan Nama Aneh, dari Dildo, Hell hingga Boring

BBC Indonesia - detikTravel
Senin, 23 Nov 2020 20:08 WIB
Banyak kota di dunia punya nama yang aneh. Beberapa memanfaatkannya untuk mendapat uang, sementara yang lain berusaha mengubahnya untuk memperbaiki citra yang buruk.
Nama kota aneh, Dildo Foto: BBC Indonesia

Kota Boring

Kota Boring, di AS; Dull di Skotlandia; dan Bland di Australia, semuanya dinamai berdasarkan nama keluarga para pemukim pertamanya. Namun dalam bahasa Inggris, kata-kata itu berarti "membosankan, hambar".

Banyak kota di dunia punya nama yang aneh. Beberapa memanfaatkannya untuk mendapat uang, sementara yang lain berusaha mengubahnya untuk memperbaiki citra yang buruk.Dull di Skotlandia Foto: BBC Indonesia

Mereka bersatu untuk membentuk League of Extraordinary Communities (Liga Komunitas Luar Biasa) di Facebook, kemitraan yang telah diikutsertakan dalam kampanye iklan untuk Coca Cola, Unilever, dan Jaguar.

Dildo

Beberapa kota telah mengesampingkan rasa malu akan nama mereka untuk mendapatkan uang. Desa nelayan Dildo, di Newfoundland, dinamai berdasarkan jenis dayung yang biasa digunakan dalam perahu, tapi pada pertengahan 1980-an, beberapa warga muak dengan olok-olok yang mengaitkan nama kota mereka dengan mainan seks.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka berkampanye untuk mengubah nama desa menjadi Seaview atau Pretty Cove, namun mayoritas warga Dildo memilih untuk mempertahankan nama tersebut.

Tiga puluh tahun kemudian, keputusan itu berbuah manis. Hampir 40% dari 1.200 penduduk desa itu mendapatkan nafkah dari turis Amerika dan Kanada yang membaca tentang nama uniknya, menurut anggota komite distrik Dildo Andrew Pretty.

ADVERTISEMENT

"Kami tak perlu memasarkan kota kami, itu terjadi dengan sendirinya," ujarnya. "Beberapa destinasi wisata menghabiskan ratusan ribu dolar untuk marketing. Kami tak perlu menghabiskan satu sen pun."

Sekitar 40% dari penduduk kota Dildo mencari nafkah dari turisme.

Pada 2019, pembawa acara gelar wicara AS, Jimmy Kimmel, bahkan mengumumkan kampanye bohong-bohongan untuk menjadi walikota Dildo, yang kemudian mendorong gelombang turis ke kota itu sedemikian rupa sehingga menara ponsel setempat kelebihan beban.

"Minat masyarakat telah meningkat sepuluh kali lipat sejak ucapan Jimmy Kimmel," kata Pretty.

"Ada perusahaan-perusahaan yang memulai bisnis baru di Dildo, tanpa kaitan sama sekali dengan komunitasnya, hanya karena mereka berpikir ini lokasi panas sekarang."

Setelah menyaksikan sendiri bahwa pendapatan bisa didulang dari nama yang aneh, Pretty agak terkejut dengan keputusan Asbestos untuk mengganti nama.

"Jika mereka mengubah nama menjadi sesuatu yang generik, mereka tidak lagi beda dari yang lain," ujarnya.

Tak selalu sejalan keinginan warga

Asbestos mungkin tidak ingin jadi pusat perhatian namun di mata para pakar merek, melepaskan warisan sejarahnya tidak akan mudah, bahkan dengan nama seperti PhΓ©nix atau Trois-Lacs.

"Akan sangat mudah bagi calon investor yang hendak pindah ke sana untuk menemukan bahwa kota ini dulunya bernama Asbestos," kata Andrea Insch, peneliti di Universitas Otago, Selandia Baru, yang berspesialisasi dalam pemasaran lokasi.

"Anda tidak bisa mengubur sejarah semudah itu, lalu keesokan harinya bangun, dan ini sudah jadi kota yang baru."

Beberapa komunitas lebih beruntung dari yang lain dalam mengganti namanya demi keuntungan finansial. Setelah diolok-olok dalam film hit tahun 2002, Ali G Indahouse, kota Staines di Inggris mengumumkan pada 2012 bahwa mereka mengganti namanya menjadi Staines-upon-Thames.

Dipimpin oleh sebuah forum bisnis lokal, idenya ialah mencegah kota itu dikaitkan dengan film tersebut dan mengubah citra Staines menjadi pusat bagi bisnis perusahaan rintisan dengan menekankan kedekatan lokasinya dengan London.

Pemerintah Kota Dull, Boring, dan Bland telah bekerja sama untuk mendapat keuntungan dari nama mereka. Prakarsa lainnya sulit untuk sukses, biasanya karena kepentingan ekonomi dan kepentingan warganya tidak selalu selaras.

Empat tahun lalu, sekelompok pekerja di Blenheim, salah satu pusat industri anggur dan perhotelan di Selandia Baru, meluncurkan kampanye untuk mengganti nama daerahnya menjadi Marlborough City untuk memanfaatkan turisme anggur dan pengakuan global akan wilayah anggur Marlborough.

Namun kendati mendapat dukungan dari badan turisme setempat dan perusahaan anggur, kampanye itu akhirnya dibatalkan setelah menuai protes dari warga Blenheim.

"Saya pikir kita akan menyaksikan sedikitnya 10 hingga 15% peningkatan pendapatan dari turisme dengan rencana kami ini," kata Mitchell Gardiner, yang menginisiasi kampanye itu.

"Tapi situasi memanas begitu cepat dan tanggapan negatif dari masyarakat begitu hebat. Saya diserang di supermarket. Saya masih berpikir ada kemungkinan untuk melakukannya di masa depan, tapi mungkin harus menunggu satu atau dua generasi lagi."

Dalam pemilihan yang akan datang, warga Asbestos tidak diberi pilihan untuk mempertahankan namanya, meskipun beberapa warga tetap keberatan dengan perubahan nama. Namun Insch berkata mengelola emosi seperti itu secara sensitif sangat penting bila kota itu ingin sukses mengubah citranya.

"Anda harus mempertimbangkan perspektif warga kota, mengapa mereka begitu defensif dengan nama itu dan ingin mempertahankannya," ujarnya.

Dewan kota Asbestos berkata visi utama di balik pergantian nama itu adalah memperbaiki prospek bagi generasi yang akan datang. Mereka berharap manfaatnya akan muncul setidaknya dalam satu dekade. Oleh karena itu pula, mereka menetapkan batas usia untuk pemilihan suara pada 14 tahun.

"Kami sangat realistis dengan ini," kata Payer. "Kami tidak berharap akan ada keajaiban besar dan tiba-tiba semuanya akan datang ke sini. Kami merasa dampak positif akan mulai terlihat dalam lima, barangkali 10 tahun, karena itu kami melibatkan generasi muda.

"Anak-anak muda ini akan tinggal di kota ini jauh lebih lama dari kami. Demi mereka, ketika Anda kehilangan satu saja pekerjaan karena nama kota asal Anda, itu sudah terlalu banyak.

"Kami percaya bahwa dengan mengubah nama, kami menatap masa depan, dan menciptakan cara untuk maju dan mengembangkan ekonomi dengan baik."


(ddn/ddn)

Hide Ads