Hidup ala Orang Laut
Orang Laut secara tradisional hidup dari laut. Mereka mencari makan dan berburu di hutan bakau, memancing di sungai dan laut, lalu beralih ke tanaman dan makanan laut saat mengobati penyakit dan cedera.
Mereka harus berpikir keras, mengetahui apa yang harus dicari saat air pasang atau surut. Makanan lebih dari sekedar rezeki tetapi cara hidup.
Namun seiring waktu, dengan pembongkaran desa mereka dan perpindahan ke perumahan umum dari tahun 1960-an hingga 1990-an karena industrialisasi Singapura, Orang Laut menjadi terbiasa dengan perkotaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagian besar mereka lantas diidentifikasi sebagai Melayu, sebuah kelompok etnis di Singapura yang mencakup masyarakat adat termasuk orang-orang dari Kepulauan Indonesia. Mereka belakangan juga menganut Islam.
Pemukiman Orang Laut terakhir di Singapura berada di Pulau Seking. Namun pemukiman itu sudah dihancurkan pada tahun 1993. Kini, pulau itu bergabung dengan Pulau Semakau menjadi tempat pembuangan sampah.
"Hanya tersisa keturunan Orang Laut di Singapura hari ini," kata antropolog Vivienne Wee. Dia selama bertahun-tahun melakukan penelitian lapangan ekstensif terhadap masyarakat adat di Singapura dan Kepulauan Riau.
"Tidak ada lagi konteks kesukuan. Generasi muda hanya memiliki ingatan generasi tua," ujarnya.
![]() |
Pernyataan itu dibenarkan oleh Asnida. Dia ingat melihat mendiang neneknya menghancurkan rempah-rempah dengan batu giling ketika dia baru berusia empat tahun. Hari ini batu giling yang sama tergeletak di rumah ibunya sebagai pusaka keluarga yang berharga.
Dia memiliki kenangan makan telur belangkas rebus (kepiting tapal kuda) yang pekat dengan tekstur dan rasa yang mirip dengan kuning telur asin dan siput ranga, yang direbus dengan air panas yang dituangkan ke dalam cangkang, pada kunjungannya ke Pulau Sudong.
Asnida juga ingat pernah mempelajari masakan Orang Laut yang dianggap memiliki manfaat kesehatan. Bibinya, misalnya, menyajikan bubur dengan timun laut yang bergizi setelah Asnida melahirkan.
Sementara itu, mendiang nenek buyut Firdaus yang seorang bidan kerap membuat salad teripang mentah dengan buah cermai, asam jawa, cabai kering, terasi, dan kelapa goreng.
"Makanan Orang Laut bukan hanya tentang kelangsungan hidup, tetapi salah satu cara nyata untuk mengekspresikan identitas kami," kata Asnida.
"Hidangan kami mencerminkan pengetahuan dan pengalaman orang-orang kami. Misalnya, penggunaan asam jawa dalam asam pedas bukanlah suatu kebetulan.
"Asam jawa memiliki sifat antibakteri, dan rasanya yang manis dan asam melengkapi rasa ikan, sumber utama protein Orang Laut," pungkasnya.
Selanjutnya: Cara Hidup Orang Laut yang Berkelanjutan
Simak Video "Video: Rencana Singapura Larang Iklan Mi Instan-Bumbu Dapur yang Tak Sehat "
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol