Hong Kong tak sekedar city tour saja. Hanya berjarak 40 menit dari pelabuhan, ada pulau indah nan unik bernama Cheung Chau.
Hong Kong Tourism Board (HKTB) mengadakan fam trip media se-Asia. Beberapa negara seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Indonesia diundang untuk merasakan 'Hong Kong yang baru'.
Di hari kedua ini, tim diundang untuk menjelajahi Pulau Cheung Chau. Menggunakan kapal fery dari Pelabuhan Central, tim berangkat dengan menghabiskan waktu perjalanan sekitar 30 menit.
"Pulau ini beda karena tidak ada mobil," ujar Carolus, pemandu kami.
Benar saja, begitu sampai kami tak melihat satu pun mobil. Pemukiman warga yang berada diperbukitan dan lebar jalan yang sempit membuat kami sadar bahwa kondisi pulau ini memang tidak memungkinkan untuk mobil.
Ini mengapa, Cheung Chau sangat cocok untuk kegiatan olahraga seperti hiking.
Destinasi pertama yang kami tuju adalah Little Great Wall. Melewati Pantai Tung Wan, Little Great Wall menawarkan kegiatan hiking yang cukup menantang.
Trekingnya sekitar 20 menit saja, tapi mampu membakar kalori. Pemandangan sepanjang treking adalah lautan.
Selanjutnya adalah toko bakpao paling tua di Cheung Chau, Kwok Kam Kee. Toko ini masih menjual bakpao tradisional yang di atasnya diberi cap khusus pembawa keselamatan. Selain bakpao, toko ini juga menjual egg tart yang wajib kamu coba.
Matahari mulai meninggi, suhu musim dingin Hong Kong beranjak naik dan menghangat. Pertokoan mulai buka dan kedai-kedai seafood diserbu oleh wisatawan.
Memang, rasanya ada yang kurang kalau tidak mencicipi hasil laut Cheung Chau. Sajian lobster, ikan segar dan kepiting jadi yang paling populer. Selain enak, seafood di sini juga Muslim friendly, jadi cocok untuk wisatawan Indonesia.
Perjalanan tak berhenti di sana, kami kembali menyeberangi lautan untuk melanjutkan perjalanan ke area Central, tengah kota. Di sana ada gedung tradisional market yang sudah direvitalisasi.
Lokasinya di berada di balik Mall IFC, pasar tradisional ini dulunya adalah pasar ikan atau wet market. Pasar yang berusia 80 tahun lebih ini menarik perhatian pemerintah karena keadaannya mengkhawatirkan.
Kini wajah pasar ini berubah, telah modern dan sangat nyaman. pemilik toko ini sudah berganti, konsepnya pun harus ramah lingkungan.
"Ada syarat lingkungan keberlanjutan yang harus dipatuhi pemilik tenan, misalnya ramah lingkungan. Kalau tidak dituruti maka kontrak tidak dilanjutkan," lanjutnya.
Perjalanan ditutup dengan makan malam Muslim friendly di The Chinese Library. Restoran ini berlokasi di situs bersejarah bekas kantor polisi bernama Tai Kwun dan memiliki menu vegetarian yang populer, tapi menu ayam dan daging juga ada kok.
Simak Video "Video 2 Chef Kaliber Michelin Kolaborasi Sajikan Menu Kanton Premium"
(bnl/sym)